1435 #6—PutrisafirA255

  77-copy

1435—After Many Years

.

Story from PutrisafirA255

.

Cast

Oh Sehun-Kim Hanna

Byun Baekhyun- Helena Jung

Other Cast

Jung Hyejin-Min Yoongi

etc

.

Genre

Marriage Life, Romance, AU, Fluff, Drama, Family, etc.

.

PG-16

.

Hope you like it and give me comment as appreciation

.

PutrisafirA255©2016 | Blackandwhite

.

Prolog  #1 [Restart] | #2[Propose] | #3 [Could I?]

| #4[The Past] | #5 [The Wedding] | #6 [After Many Years](NOW)

.

.

.

.

Semuanya tak sesuai dengan rencana awal. Chanyeol yang sebelumnya ingin mendahului Hanna untuk lekas pergi dan Yoongi yang seharusnya memberitahu kini bertukar tugas. Dengan dalih yang sudah diberitahukan oleh Hyejin, bahwa ia rasa Chanyeol lebih mengetahi cara bagaimana supaya baik Hanna juga Sehun tak terlalu khawatir.

Dan berakhirlah Hyejin duduk berdampingan dengan Yoongi. Kedua insan itu sebenarnya masih marah satu sama lain, namun kuriositas Hyejin yang kelewat batas mengenai putri semata wayang Sehun membuat gadis Jung itu melenyapkan egonya.

“Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?” tanya Hyejin pada Yoongi yang sedang menyetir. Ia begitu kasihan dengan Sehun yang baru saja menikah, tetapi setelahnya musibah menimpa. Pasti setelah ini Hanna maupun Sehun akan mendapatkan cemoohan.

“Itu terjadi begitu terencana,” ucap Yoongi ambigu. Nadanya kentara datar—masih menahan amarah mungkin—seolah memberitahu. Hyejin yang ada di sampingnya pun lantas membulatkan mata, “Maksudmu ada yang ingin mencoba membunuh putrinya Sehun?”

Yoongi menggeleng. “Bukan,” sahutnya. Kaki panjangnya pun lantas menginjak rem ketika lampu merah menghentikan mereka tanpa komando. Yoongi menoleh, menatap kekasihnya yang agaknya masih haus akan informasi. “Ada yang ingin menggagalkan pernikan Sehun juga Hanna.”

“Kau mencurigai seseorang?” Sekali lagi Hyejin bertanya. Sepertinya gadis Jung itu bisa membaca pikiran Yoongi. Seakan pikiran Yoongi itu terbuka layaknya buku dan mudah dibaca begitu saja.

Tak mengedepankan ego, dengan lantang ia menganggukkan kepala serta mengumandangkan satu nama. “Helena,”

“Bagaimana kau bisa mencurigainya, sedangkan ia tak tahu mengenai pernikahan Sehun yang begitu mendadak,” sela Hyejin. Di luar akal bukan jika dalam tiga jam dan tanpa pemberitahuan Helena melakukan rencana sebegitu besarnya?

“Aku mengatakan hanya mencurigainya,” Yoongi kembali menginjak pedal gasnya. Melaju di atas kecepatan rata-rata. Tak peduli dengan polisi yang akan mengejarnya. Toh, ia bisa meminta bantuan temannya yang polisi untuk membantu. “Bisakah kau menghubungi Chanyeol? Aku rasa ia belum mengatakannya pada Hanna.”

.

.

.

Tungkai si jangkung Chanyeol masih berada di ambang pintu ketika Sehun dan Hanna juga Junmyeon sedang mengobrol di ruang pengantin. Rasanya begitu berat ketika harus menyampaikan berita duka di hari bahagia temannya.

“Chan?” suara bariton si mempelai pria memanggil. Membuat Chanyeol lekas mendongak, menatap mereka dengan tatapan sedih yang begitu kentara dan tak bisa ia sembunyikan. “Tak mau masuk?”

Chanyeol akan menjawab sebelum ponsel miliknya berdering. Meminta atensi segera sang pemilik agar lekas menerima panggilan. Tetapi, bukannya ia mengambil ponselnya dari saku celana dan mengangkatnya, Chanyeol justru meminta pada Junmyeon untuk meninggalkan ruangan.

“Aku ingin bicara bertiga dengan kalian,” pinta Chanyeol pada Sehun dan Hanna. Suasana nampak tegang di sekon berikutnya, sehingga Sehun berinisiatif memecahnya dengan mengulas senyum. “Kau tidak berencana melakukan sesuatu yang tidak-tidak, ‘kan?” duga Sehun ringan.

“Jangan berkata konyol, pak perdana menteri.” Sehun seketika bungkam ketika air muka Chanyeol berubah marah. Selanjutnya, ia melihat Chanyeol mengalihkan pandangannya pada Hanna yang juga menatap pria itu. “Ganti bajumu dengan pakaian yang sebelumnya kau pakai.” Perintahnya.

Hanna menoleh pada Sehun, meminta izin untuk menuruti perintah mantan pacarnya itu. Dan jawaban yang ia dapat hanyalah anggukan kepala sebagai tanda non verba. Tak menunggu lama lagi, Hanna kemudian menuju kamar ganti. Meninggalkan kedua pria yang kini masih bergantian menatap satu sama lain.

“Apa yang ingin kau bicarakan?”

Chanyeol menunjuk ruangan yang Hanna masuki tadi. “Biarkan Hanna menyelesaikannya terlebih dahulu.”

Sehun pun kembali membuat keheningan. Dahinya mengerut sejak tadi, mencoba menerka apa yang terjadi. Ia mulai membaca situasi, hingga akhirnya menemukan keganjilan di hari pernikahannya. “Apakah ini mengenai anakku, Nara?”

Suara bariton Sehun memecah keheningan, juga membuat jantung Chanyeol berdegup semakin kencang. Pria Oh itu tidak bodoh untuk menebak karena sedari tadi anaknya belum juga muncul. Padahal sebelum mengucapkan janji suci, Yoongi mengatakan bahwa Nara sedang dalam perjalanan.

Si Pria Park gelisah, namun ia memilih bungkam. Menunggu Hanna yang tiga menit kemudian datang dengan kemeja bergaris horizontalnya tadi. “Jadi, apa yang ingin—”

“Nara mengalami kecelakaan dan sekarang ada di Sanghae hospital. Hyejin dan Yoongi sedang dalam perjalanan—” kalimatnya menjadi rumpang ketika Sehun bangkit dan menghajarnya. “Brengsek kau! Bagaimana orang lain bisa mengetahui berita ini dan bertindak lebih dulu sedangkan aku yang ayahnya malah tidak tahu.”

Bahu lebar pria Oh itu naik turun. Deru napasnya menjadi tak karuan. Emosi sudah mengendalikan akal dan menutupi kewarasannya jika saja tangan Hanna tak mencengkeram kuat lengannya. “Hentikan, bodoh!” maki Hanna ikut andil melerai. “Ini bukan saatnya bertengkar! Nara ada di rumah sakit dan membutuhkanmu!” pekiknya menyadarkan.

Tak memedulikan Chanyeol yang masih menyentuh bekas pukulannya, ia lantas menarik tangan Hanna dan berjalan cepat menuju parkiran. Meninggalkan si jangkung yang masih bergeming di tempatnya.

.

.

.

Sejujurnya, Hanna tak tega jika Chanyeol mendapatkan pukulan sekeras itu dari Sehun. Ia ingin sekali membantu Chanyeol, tetapi ia tahu bahwa melakukannya hanya akan menambah masalah. Maka dari itu, ia memilih jalan tengah dan memilih untuk mengikuti Sehun yang notabennya adalah suaminya sekarang.

Sesampainya di pelataran rumah sakit, keduanya lantas menuju UGD. Segera mencari sosok Nara, meskipun pada akhirnya keduanya hanya bisa menemui Hyejin yang sedaritadi sudah menunggu.

“Bagaimana keadaan Nara? Apakah dia baik-baik saja? Katakan padaku, Hye!” Sehun kalut. Tak ada yang bisa ia pikirkan selain anaknya yang terbaring lemah di dalam ruangan sana.

Alih-alih menjawab, Hyejin justru menatap Sehun lekat. Kilatan amarah begitu nampak di dalam hazelnya, tetapi ia justru menatap Hanna dan memberikan catatan medisnya pada gadis Kim itu. “Nara mengalami pendarahan yang banyak dan dia butuh donor darah sekarang juga,” ucapnya yang kemudian mendapat sahutan dari Sehun. “Kalau begitu ambil darahku dan selamatkan anakku!”

“Kita,” Hanna angkat bicara. “Kita perlu bicara, Oh Sehun-ssi.” Ucap Hanna dengan penekanan pada akhir silabel kalimatnya. Gadis itu menatap iris hitam pekat si pria, seolah meminta penjelasan. Sehun pun ikut mengalihkan perhatiannya pada Hanna. Namun, gadis itu justru memutuskan kontak mata keduanya dan beralih pada Hyejin.

“Bisakah kau mencarikannya terlebih dahulu pada departemen lain?” pinta Hanna pada Hyejin yang kemudian mendapat anggukan dari si empunya. Setelah mendapatkan kesempatan untuk berdua, Hanna menarik lengan Sehun agar mengikuti langkahnya menuju ruang kerja miliknya.

“Ada apa, Han? Katakan padaku dan jangan—”

“Kau menyembunyikan hal yang besar dariku, Oh Sehun!” pekik Hanna. Darahnya sudah memuncak di ubun-ubun. Ingin rasanya ia berteriak lebih kencang jikalau ia tak ingat dimana dirinya sekarang berpijak. “Aku menyembunyikan apa, Kim Hanna? Aku tidak menyembunyikan apapun!”

Hanna mengangkat catatan medis itu tinggi-tinggi. Membiarkan Sehun melihat sendiri isinya. “Tidak seharusnya gadis kecil itu bermarga Oh,” ucapnya dengan nada tinggi yang masih sama. “Aku tahu persis golongan darahmu dan juga Helena. Aku mengenal kalian lebih dari siapapun!”

“Apa yang sebenarnya kau bicarakan—”

“Kau tahu benar apa yang sedang kita permasalahkan.”

“Katakan siapa ayahnya yang sebenarnya! Sekarang!” pintanya memaksa. Ia sudah tak bisa menolerir apa yang Sehun lakukan padanya. Rahasianya sudah terlalu besar, mereka sudah menikah dan tidak seharusnya Sehun menyembunyikannya. Hanna merasa kalau ia hanyalah kelinci percobaan yang tidak tahu menahu mengenai percobaan apa yang akan dilakukannya.

“Aku ayahnya—”

“BOHONG! KATAKAN YANG SEBENARNYA OH SEHUN!” pekikkan Hanna semakin meninggi seiring Sehun mencoba menyangkal. Ia tak ingin membahas masalah ini terlebih dahulu, bahkan nyawa Nara sedang dipertaruhkan, juga rumah tangga barunya. Namun, Hanna masih sibuk memojokkannya agar lekas menjawab.

“Ayah Nara yang sebenarnya adalah kekasih Helena saat ini,” Sehun akhirnya mengakui. Ia tak mau jikalau masalah semakin rumit. Hanna butuh kejujuran, namun tak semudah membalikkan telapak tangan.

“Byun Baekhyun?” Hanna tak percaya, bahkan ia tak bisa menerka apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, alasan kembalinya Helena pada Baekhyun karena mereka-lah orangtua biologis Nara. Tapi, mengapa Sehun yang justru menikah dengan sahabatnya itu?

Hanna hendak membuka bibir ketika Chanyeol datang. Namun, bibirnya kembali mengatup ketika pria jangkung yang wajahnya masih nampak lebam yang diciptakan suaminya itu memekik. “Bertengkarlah nanti setelah menyelamatkan Nara. Kita sudah mendapatkan darahnya!”

Hanna pun kembali ke alam sadarnya. Benar apa yang dikatakan Chanyeol! Ialah dokternya dan seharusnya ia ada di ruang operasi untuk menolong pria itu. “Jangan katakan apapun!” larang Hanna ketika Sehun hendak menyampaikan sesuatu. Hanna sudah tak mau lagi mendengar kebohongan yang akan diciptakan lagi untuknya.

.

.

.

Satu jam itu lama. Bahkan lebih lama dari membuat Hanna mengerti mengenai situasi yang pernah membuat hubungan keduanya kandas begitu saja. Sehun mengakui kesalahannya. Namun, pada saat itu, tak ada yang bisa Sehun lakukan untuk mencegah perjodohannya dengan Helena.

“Sehun,”

Suara sopran yang familier pun mengusik kembali ketenangannya. Pria Oh itu mendongak. Irisnya bertemu dengan milik sang mantan istri yang datang dengan kekasihnya. “Bagaimana keadaan anakku? Dia baik-baik saja, ‘kan?”

Sehun terkekeh geli. “Anak? Anak yang mana?”

Helena menatap Sehun tak suka. “Apa maksudmu! Aku ibunya—”

“Ibu macam apa yang meninggalkan anaknya ketika ia butuh kasih sayang?!” pekik Sehun tak terima. Agaknya pertanyaan yang Helena itu adalah lelocon terbaik yang pernah ia dengar. “Apa kau baru sadar telah menjadi ibu ketika Nara sedang mengalami masa buruknya seperti ini?!” ia menambahkan kalimatnya, namun setelahnya si pria Byun mendorong bahunya tak terima. Pria itu berdiri di depan Helena. Mencoba melindungi.

“Jaga nada bicaramu, bung! Dia pe—”

“Dia pengecut dan kau brengsek. Lantas, apa perbedaaan di antara kalian?”

BRUK!

Satu pukulan keras Sehun dapatkan hingga ia terhuyung dan jatuh. Baekhyun sudah tak bisa menahan amarahnya. Pria Oh itu sudah melewati batasnya dalam mengambil suara. Tak punya aturan dan tak pernah berpikir sebelum berkata.

Bukannya membalas pukulan itu, Sehun justru tersenyum miris. “Karena kalian berdua, gadis yang kucintai membenciku lebih besar dari sebelumnya.” Ia berujar. Matanya menatap awas tangan Baekhyun yang sudah bersiap terangkat ke atas untuk menambah jejak kepalan tangan, namun urung ketika Helena menahan.

“Seandainya kau tidak dengan brengseknya meninggalkan Helena yang tengah hamil dan memertanggungjawabkan perbuatan kalian berdua, mungkin aku sudah menikah dengan Hanna tiga tahun yang lalu.” Ucapnya panjang lebar. Itu semua hanya kemungkinan yang tak bisa lagi diperbaiki. Sehun tahu itu, namun ia masih berharap jika semua kejadian buruk itu adalah mimpi.

Helena bungkam dan rahang pria Byun itu mengeras. Apa yang dikatakan Sehun memang benar, sepenuhnya benar. Jika saja ia bukan bajingan yang meninggalkan Helena ketika gadis itu hamil, mungkin saja ia sudah menjadi salah satu dari masa depan si gadis Park.

Dan lebih brengseknya, ketika Baekhyun kembali ke kehidupan Helena dan meminta gadis itu untuk kembali padanya karena ia sudah merasa mapan sekarang. Ia juga merasa pantas untuk mendapatkan Helena dan memertanggungjawabkan kewajibannya. Ia yang membuat Sehun dan Helena cerai, lantas menjadikan gadis kecil tak berdosa sebagai korban.

.

.

.

“Pantau terus perkembangannya. Hubungi aku jika ada sesuatu,” ujar Hanna pada timnya. Setelah mendapatkan anggukan, ia lantas keluar ruangan. Menuju ruang ganti dan lekas memberitahukan kepada Sehun bahwa operasinya lancar. Atau mungkin ia akan menyuruh orang lain untuk memberitahu dan ia akan mengunci diri di ruangannya.

“Han,” panggil Chanyeol yang mencekalnya pada sekon kemudian. Hanna berbalik, namun tak kuasa menatapnya. Ia masih merasa bersalah dengan Sehun yang sudah membuat muka pria Park itu memar.

“Hyejin sudah menceritakan semuanya padaku,” Chanyeol menengadahkan wajah Hanna. “Tak perlu merasa bersalah, aku paham jika Sehun sedang dalam emosi yang tidak stabil. Mungkin jika aku ada di posisinya aku juga—”

“Maafkan Sehun.” Pinta Hanna dengan tatapan sendunya yang ia beranikan untuk menatap Chanyeol. Bagaimana pun, ini juga kesalahannya yang tak menahan tangan Sehun dan justru baru mengambil sikap sesaat setelahnya.

“Akan lebih baik jika kau memaafkan Sehun juga. Jika kau bisa memerintah seseorang, kau juga harus melakukannya.” Chanyeol menginterupsi guna menyadarkan gadis Kim itu. Hanna tahu, kalimat terakhir Chanyeol mengutip perkataannya beberapa tahun yang lalu, ketika ia membela si pria Park dibully oleh seniornya. Disuruh melakukan apapun semau mereka, sampai-sampai gadis Kim itu geram sendiri.

Dan Chanyeol benar. Namun, mengapa rasanya melakukan itu lebih berat daripada mengatakannya?

“Dia begitu terpuruk dan ia membutuhkanmu. Bayangkan jika kau ada di posisinya. Dimana anakmu sakit dan kau dibenci oleh orang yang kau cintai. Apalagi masih banyak masalah yang harus kau hadapi setelahnya.”

“Dia membutuhkanmu, Han. Meskipun kau sedang kesal, jangan sampai kekesalanmu itu justru berbalik menyakitimu.” Chanyeol pun menambahkan. Entah mendapat dari mana kata-kata mutiara serupa motivasi tersebut, ia bisa mengucapkannya dengan lantang.

Hanna tersenyum. Ternyata dan tak dinyana, Chanyeol yang ia kenal sudah berubah. Pria itu jauh lebih dewasa. “Akan aku pikirkan lagi,” ucapnya, seolah tak mengindahkan apa yang dikatakan. Gadis itu lekas melepaskan cengkeraman Chanyeol pada lengannya, kemudian pergi entah kemana.

“Apa gunanya aku sok jadi motivator kalau yang diberi motivasi tidak mendengarkan,” decaknya sebal.

.

Di ambang pintu, Hanna hampir memekik ketika ia mengetahui kalau Sehun tersungkur di lantai dengan tidak manusiawinya. Pria itu menatap sepasang kekasih yang juga menatapnya penuh amarah. Hanna ingin melangkah, membela sang suami. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika Sehun mengucapkan kalimat yang membuatnya terkejut.

“Karena kalian berdua, gadis yang kucintai membenciku lebih besar dari sebelumnya.”

Apa yang sedang Sehun bicarakan adalah dirinya? Ia kembali menjatuhkan fokusnya pada Sehun yang kembali membuka suara. “Seandainya kau tidak dengan brengseknya meninggalkan Helena yang tengah hamil dan memertanggungjawabkan perbuatan kalian berdua, mungkin aku sudah menikah dengan Hanna tiga tahun yang lalu.”

Hanna membungkam bibirnya dengan kedua telapak tangan. Jadi, Sehun menikah dengan Helena karena gadis itu mengandung anak dari Baekhyun? Tapi, mengapa harus Sehun yang memertaruhkan hidupnya untuk menikahi Helena? Sedangkan Sehun begitu menginginkan dirinya?

Cukup sudah! Hanna tak bisa lagi membiarkan semua pertanyaan itu muncul tanpa jawaban. Maka dari itu, ia lekas mengambil langkah dan mendekati Sehun guna mengulurkan tangan untuk bantuan. “Berdiri,” pintanya.

Bukannya segera menerima uluran tangan itu, Sehun justru menatap Hanna. “Ini lantai bukan kasur, kau tidak bisa berbaring seenaknya.” Pinta Hanna lagi dengan kalimat yang lebih sarkastis. Sehun pada akhirnya menggapai tangan Hanna, lantas bangkit.

Ketika Sehun hendak menanyakan perihal keadaan Nara, Hanna justru mengalihkan pandangannya pada Helena. “Anakmu baik-baik saja. Operasinya lancar.” Ujarnya memberitahu seolah paham apa yang mereka tunggu. Setelah kalimat berita itu tersampaikan, Hanna beralih menuju Sehun. Menatap manik hitam itu dengan tatapan yang lebih teduh.

“Dia bisa pulang dalam lima sampai enam hari, jika kondisinya bisa pulih dengan cepat.” Kata Hanna pada Sehun.

Helena pun menatap tak suka. Ia tahu apa maksud Hanna. Tak perlu diingatkan mengenai persahabatan mereka, ‘kan? Hanna mengucapkan kalimat pertama untuknya karena ia adalah ibu dari Nara. Tapi, Sehun-lah yang berhak menjaga anaknya.

“Nara akan pulang bersamaku,”

Sehun hendak menyela, namun Hanna lebih dulu mengambil alih. “Nara sudah mempunyai keluarga yang utuh sekarang, dia butuh kasih sayang seorang ibu dan ayah yang baik.”

Helena mendecih mendengarnya, ia pun meralat. “Tapi, ingatlah jika aku ibunya. Aku yang melahirkannya dan membesarkannya. Aku memberinya kasih sayang yang tak akan bisa kau berikan padanya!” Ia bersikeras enggan kalah dengan Hanna dalam perdebatan itu.

“Membesarkannya? Aku harap kau bisa memikirkan kalimat itu lagi,” Hanna menang telak ketika Helena memilih bungkam. “Kau bisa mengunjungi Nara besok. Ia butuh istirahat yang banyak pasca operasi.” Tak lupa ia memberitahu mengenai waktu berkunjung yang baik. Karena ia akan mengambil alih penjagaan malam ini, dan seterusnya.

“Aku ibunya. Aku lebih tahu darimu,”

“Tapi aku dokternya. Aku lebih pandai darimu,” Hanna telak memenangkan perdebatan dan menarik lengan suaminya agar lekas menjauh dari Helena dan juga Baekhyun.

.

.

.

Sehun mengulum senyum ketika Hanna mengambilkan obat dan mengobati lukanya. Jika kondisinya ini bisa mendekatkannya dengan Hanna, ia rela dipukuli berkali-kali. Tidak! Bagaimana kalau dirinya kritis dan malah tak menemui Hanna dan Nara lagi? Sehun menggelengkan kepalannya guna mengeyahkan pikiran tak bermutunya itu.

“Diam atau akan kubuat mukamu jadi merah,” ucap Hanna membuat Sehun menatap gadis itu. Ia lekas menurut dan menenggelamkan iris hitam pekatnya pada hazel coklat bening milik Hanna. “Masih marah?”

Pertanyaan tak masuk akal. Tentu saja dirinya masih marah! Tapi, nyatanya benaknya tak bisa mengatakan itu semua meskipun sikap tak bisa menipu. “Nara akan baik-baik saja, jangan khawatir.” Ujar Hanna mencoba mengalihkan perhatian.

Sehun menghentikan pergerakan tangan Hanna yang berkutat pada wajahnya. “Aku lebih mengkhawatirkanmu sekarang. Siapa yang mengajarimu cara merubah sikap dalam satu jam, hm?” tanyanya lembut, namun berhasil membuat Hanna berpikir dua kali.

Hanna memindai iris pekat Sehun. “Orang yang sedang melihatku sekarang,”

Dahi Sehun mengerut. “Aku?”

Hanna tentu saja mengangguk. “Aku sudah mendengar kalau kau menikahi Helena karena—” Hanna menghentikan kalimatnya. Sehun yang menunggu jawaban pun akhirnya menaikkan sebelah alisnya. “Intinya aku sudah mendengarnya,”

Senyum pun mengembang setelah mendengarkan penjelasan Hanna mengenai perubahan sikap yang begitu signifikan. “Kau tak ingin mendengarnya dariku?” tanya Sehun memberi pilihan. Hanna menggeleng. “Aku mendengarnya darimu langsung tadi,” sahutnya.

Si pria akhirnya bungkam dan mencoba mencari bahan pembicaraan yang mungkin bisa membuka percakapan lebih jauh. Namun, kenyataan menampar pemikiran ketika otak cerdasnya sudah mendapatkan materi tetapi ponselnya lebih dulu berdering. Menampilkan salah satu ID caller orang kepercayaannya di kantor.

“Apa?” tanyanya setelah mengambil ponsel dari saku dalam jasnya dan menerima sambungan. “Banyak wartawan datang ke kantor untuk meminta klarifikasi. Kami tidak bisa melakukan apapun selain menghentikan mereka agar tak membuat keributan.” Ucap seorang pria dari seberang line.

Sehun pun memijat pelipisnya. “Baiklah, aku akan ke sana sekarang.” Tukasnya, kemudian memasukkan kembali ponsel pada tempatnya. Ia lekas menatap Hanna yang menginginkan jawaban dari pertanyaan non verba yang gadis itu berikan. “Aku harus ke kantor.” Ujarnya memberitahu. Sedetik kemudian, tangan Hanna berangsur-angsur ditarik oleh sang empunya.

“Secepat ini?” tanya Hanna tiba-tiba. Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirnya tanpa pemikiran terlebih dahulu. “Maksudnya ‘secepat ini’?” Bukannya menjawab, Sehun justru berbalas bertanya. Semakin lama senyumnya semakin mengembang.

Hanna tergeragap. “Maksudku, Nara baru saja mendapatkan musibah dan kau meninggalkannya,”

Sehun terkekeh, ia melirik Hanna. “Aku rasa penafsiranku dengan milikmu berbeda. Mungkin maksudmu mengapa aku meninggalkanmu terlalu cepat setelah kita berbaikan?” goda Sehun yang itu memang benar adanya. Hanya saja Hanna terlalu malu untuk mengungkapkannya.

Jeda menjadi teman sejenak ketika Hanna lebih memilih bungkam, dan Sehun tahu persis jawaban yang ingin gadis itu utarakan namun enggan disuarakan. “Aku harus menyelesaikan beberapa masalah. Tetaplah di sini sampai aku datang.” Pintanya.

“Aku tidak bisa berada di sini terlalu lama.” Tukas Hanna tak menerima perintah. “Aku ada jadwal operasi lain yang tertunda karena—” Hanna menghentikan lagi kalimatnya, membuat Sehun geram dan mencubit pipi istrinya. “Biasakan menyelesaikan kalimatmu ketika berbicara, Hanna sayang. Aku tidak suka penasaran.” Setelah itu, kekehan renyah Sehun mengudara.

Hanna berdecak sebal. “Aku akan mengantarkanmu keluar. Cepat!” suruhnya segera. Ia tak mau Sehun melihat pipi pualamnya memerah karena panggilan sayang yang Sehun kumandangkan. “Kau mengusirku?” tanya Sehun tak suka ketika Hanna mendorongnya agar lekas pergi.

“Kau hanya akan mengacaukan hariku,” ujar Hanna yang masih mendorong Sehun. Namun, tiba-tiba saja lengannya ditarik hingga ia berada di hadapan Sehun. “Benarkah? Kalau begitu biarkan aku membuatnya lebih kacau lagi,”

Setelahnya, Sehun mengangkat tubuh ringan itu dengan bridal style. “Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!” pekik Hanna tak terima. Sayangnya, Sehun selalu menyelesaikan apapun yang sudah ia mulai. Ia pun melangkahkan kakinya di sepanjang jalanannya menuju pelataran rumah sakit. Membiarkan tatapan iri dari para perawat mengiringi perjalanan keduanya.

Hanna yang begitu malu pun hanya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, lantas menenggelamkannya pada dada bidang pria itu. Ia tak henti-hentinya merutuki dan mengutuk Sehun yang berbuat semaunya sendiri. Kalau sudah seperti ini, mau dibawa kemana martabat Hanna setelahnya?

“Buka matamu, sayang. Kita sudah sampai,” Suara bariton Sehun berkumandang. Berhasil membuat Hanna bangun dan menatap wajah tampan Sehun dengan begitu dekat. “Sepertinya kau nyaman sekali,”

“Nyaman pantatmu! Aku malu, tahu!” hardik Hanna kesal. Gadis itu lekas diturunkan oleh sang pria, kemudian menatap Sehun kesal. “Mengapa kau suka sekali membuatku marah, huh?!” cecar Hanna. Memang apa yang dilakukan Sehun itu manis, tapi tidak perlu mengumbarnya, ‘kan?

“Aku tidak pernah membuatmu marah, kau saja yang suka marah.” Sahut Sehun membela diri. Hanna mendelik pada Sehun tajam. “Katakan sekali lagi kalau kau mau mati di tanganku.” Ancam Hanna tak manusiawi.

Tentu saja Sehun bungkam seketika. Namun, itu tak membuat Sehun lekas menghentikan pergerakannya. Sehun lekas merangkum kecantikan istrinya dengan telapak tangan, kemudian berujar, “Cepat masuk, di luar dingin. Sebentar lagi aku akan kembali,”

Hanna mengangguk, ia menuruti perkataan suaminya itu. Sehun pun tersenyum, lalu mendaratkan satu kecupan manis di dahi sang istri. “I love you,” bisik Sehun lembut.

Tak dinyana, setelah Sehun mengucapkan tiga kata sakral tersebut, buliran-buliran putih lembut mengguyur keduanya. Salju pertama sudah turun. Kedua insan itu menatap langit dengan begitu kagum. Ketika keduanya sudah berbaikan, Tuhan pun ikut berbaik hati menurunkan salju pertamanya.

“Mau tahu mitos tentang salju yang turun untuk pertama kalinya?” tanya Sehun pada Hanna yang kini sudah mengalihkan perhatian padanya. Ia pun lekas tersenyum. “Jika kau mengungkapkan keinginanmu, maka itu akan terwujud.”

Hanna mengangkat kedua alisnya. “Benarkah?”

“Mencoba tidak ada salahnya, ‘kan? Tutup matamu dan ucapkan keinginanmu.” Pinta Sehun lembut, seolah ucapan itu dengan mudahnya mendoktrin dan Hanna percaya. Gadis Kim itu lantas menutup kelopak matanya dan mengucapkan keinginannya.

Mitos itu mungkin bisa terjadi. Tak ada yang tak mungkin, bukan?

Sial beribu sial dilontarkan Sehun kemudian. Ia sedari tadi tak kuasa menutup matanya ketika dihadapkan paras si cantik Hanna yang mengundang bibirnya agar tak menyesap cheery itu. Maka jangan salahkan Sehun jika ia sekarang sudah mendekatkan wajahnya dan menyapu lembut bibir Hanna.

Sang empu yang masih menutup mata pun sempat terkejut hingga ia membuka kelopak matanya. Namun, pada akhirnya ia menghitamkan lagi pandangannya dan menerima perlakuan Sehun. Begitu manis, sampai-sampai ia hampir lupa berpijak jika saja ego masing memenangkan kuasa akal.

Menit selanjutnya, keduanya melepas peraduan. Dari kedua wajah yang saling bertatapan, Sehun-lah yang nampak begitu bahagia. Ia menatap wajah cantik istrinya, lantas mengucap pujian serupa rayuan maut.

“Kau begitu cantik,” kata Sehun, kemudian menunjuk pipi si gadis dengan dagu lancipnya. “apalagi kalau pipimu merah. Begitu lucu.” Ia menambahkan.

Tentu saja setelah itu Hanna kemudian menangkupkan kedua telapak tangan pada pipi pualamnya. Ia pun memicingkan mata, hendak menghakimi dan menghardik namun si pria malah pamit undur diri. Tak lupa beberapa pesan tak boleh diingkari pun mengumandang.

“Aku akan berangkat. Jangan lama-lama di luar, malam mulai dingin.”

“Sudah, sana berangkat!” usir Hanna.

“Jangan rindukan aku, apalagi memikirkan tentang ciuman pertama setelah sekian lama kita tidak pernah—”

“Tutup mulutmu dan pergi sana!” makinya dengan nada yang dibuat-dibuat sedemikian rupa, namun Sehun justru mengulum senyum sambil melambaikan tangannya. Setengah menit kemudian pria itu benar-benar menghilang dari hadapannya.

Segaris senyum milik Hanna yang jarang ia tampakkan pun mengembang ketika mengingat bagaimana Sehun memperlakukannya tadi. Seolah ia adalah sejumput kapas yang lembut, namun tetap rapuh.

Apalagi mengingat kejadian setelah janji suci selesai terucap. Banyak orang yang harus memendam kekecewaan karena Sehun lebih memilih mencium keningnya daripada cherrynya seperti barusan. Alasannya pun belum Hanna ketahui. Yang pasti, perlakuan itu berhasil membuat Hanna untuk yang kedua kalinya harus jatuh di hati Sehun.

Ya, Hanna sudah mengakuinya. Ia kembali jatuh cinta pada Sehun, namun harus memendamnya untuk sesaat. Untuk memastikan apakah langkah yang ia ambil ini sudah benar. Ia tak mau disakiti untuk yang kedua kalinya.

.

.

.

Akhirnya!

Setelah sekian lama kita digantungin oleh siapa sebenarnya bapak dari si Nara, finally kita tahu sekarang. Maka dari itu, di chap sebelumnya udah ada ya kenapa Baekhyun sama Helena pengen banget hak asuhnya jatuh ke tangan mereka. Karena mereka-lah yang berhak.

Aku tahu..pasti banyak pertanyaan yang mau kalian tanyakan, iya ‘kan? /kedip-kedip alay/

Tanyain aja, siapa tahu nanti dapet jawaban di chap depan. Coz, aku lagi mental breakdown nulis FF ini. Bingung mau ku bawa kemana #nyanyi_ceritanya

Ehm, mau ngomong apa lagi, ya? Tau lah. Mungkin ada yang pengen curhat atau cerita tentang liburannya bulan ini? Silahkan, mumpung si author lagi gak kemana-mana dan tetep stay tune di home sweet home.

Chat me on LINE: putriwahono25 (Plis jangan katakan om telolet om padaku meskipun itu lagi viral -_-)

I hope you still love this ff, guys. Don’t forget to leave a comment. Cause, semakin banyak kalian komentar maka semakin banyak juga kejutan yang bakal aku kasih. FYI, aku bisa pantau berapa banyak orang yang buka ni FF, jadi buat kalian siders yang belum bertobat, sekarang waktunya. Sebelum terlambat. /jadi penceramah ceritanya.

See you! Lope you to!

35 thoughts on “1435 #6—PutrisafirA255”

  1. ahh akhirnyaa di updatee aku pantengin terus nihh tiap harii
    aw ketebak jugaa siapa ayah kandung nya nara, udah agak curigaa sih sama baekhyun😒
    eumm akhirnyaa hanna jatuh cinta lagii sama sehunn aduhh kenapasih aku bacanya senyum senyum sendirii
    next chap jangann lama lama dongg yahh🙈

    Like

    1. Wah, thanks sudah support FF ini.
      .
      Curiga itu gak baik lho, 😂
      .
      Thanks for comment. Buat kamu deh aku bakal update cepet. Stay tune😚

      Like

  2. Kan udah curiga Dari awal kalau emng baekhyun ayah nya and msh blm ngerti knp sehun mau nikahin Helena pas dia lagi hamil pdhl jelas” bkn anak dia ..

    Ecieeee cieee yg lagi tumbuh perasaan sayang Cinta lagi ke si sehun 😂😂 semoga makin kesini makin langgeng makin sweet ,mkn bahagia ,aku juga ikut berdo’a supaya gak asuh Nara jatuh ke sehun sama hana wkwkw walaupun bukan anak mereka ,gwe yakin mereka yg terbaik 🙏😍😘😘😘

    Liked by 1 person

    1. Makasih doanya, tapi entah mengapa author tidak sejalan😆

      Pokoknya ditunggu kelanjutannya, ya😁 thanks for comment

      Like

      1. Tapi readers juga berhak kasih saran. Kkk..

        Thanks for comment. Semoga mereka langgeng, selanggeng aku sama thehun /digampar exo-l😂

        Like

  3. bener kaaaaaan nara bukan anaknya sehuun 😀
    sehun mulai sweet di chp ini, sukaaak :* ditunggu chp selanjutnyaa, kira2 bakal dikasi tau gk yaa kenapa sehun sampe nikahin helena yg lg hamil anaknya baekhyun??

    Liked by 1 person

    1. Selamat sudah berhasil menebak dengan benar🤓

      Kasih tau gak ya🤔 berhubung chap 7-nya udah jadi, entar aku sempilin kalo sempet😂

      Thanks sudah berkomentar😚

      Liked by 1 person

  4. jadi nara bukan anak nya sehun??? wahh aku gg kepikiran lohh kalau nara anak nya baekhyun, dan juga pasangan sehun-hanna awet teros ya sampai punya anak wkwkwk

    ditunggu kelanjutan nya ya kak
    fighting kak!

    Liked by 1 person

  5. Akhirnya 😆😆😆 mereka sweet anet sii. Helena ama baek emng kmvrtt dah, kmaren kemana aja weee? Ampe si nara kadi ama sehun. Sayang sekali dehh sehun pernah ama helena. Tuh kan bener, nara bukan anak kandung sehun 😁 #bahagiaceritanya wkwk ahh sweet dehh. Semoga kebahagiannya bertahan lama yakk. Diungu next nyawa. Annyeong!

    Liked by 1 person

  6. dasar tuh si sehun kurang kerjaan, tapi so sweet banget.

    masa nara bukan anaknya sehun,tapi gak pa2lah duda belum punya anak.
    tapi baekhyun sama helena jahat banget ke sehun dan hanna ngehancurin hidup mereka berdua gak punya perasaan,

    meskipun baekhyun biasku tapi kalo sifat di ff ini kayak gitu sebel juga.
    ok kak aku baca chapter selanjutnya.

    Liked by 1 person

  7. sumpah gak nyangka kalau orang tua aslinya mereka, bangkai gak kelluar di chapt ini? Jangan jangan lagi ngerencanain sesuatu (mulai sok tau) wkwk….

    Like

  8. hiii kk author, maaf yaa lagi lanjutin baca..soalnya aku ga tau klo uda update dr dulu, bahkan aku ketinggalan banyak chapter kan..itupun tadi kaget waktu buku email tau” ff ini uda di chap 10 aja, soalnya chap sblmnya ga ada pemberitahuan hikhiks.. tp disisi lain aku seneng wkwkwk, krn bisa panjaaaanggggggg bacanyaaaaaa..

    ohh, ternyta oh ternyata.. sii bacoon yaa babenya nara, pantesan aku malah curiganya itu sehun helena dijodohin kan, apalagi sehun ga cinta + terpaksa nikah sm helena masa iyaa tau” helena bisa hamil..kan tanda tanya besar. soalnya aku tau sehun tu tipe lelaki Setia *huekk

    Like

Leave a reply to oh sena Cancel reply