I’m Psychopath Chapt. 01

screenshot_2016-02-29-12-19-46-1

I’M PSYCHOPATH
starring by
Oh Sehun – Park Jiyoon (OC)

Nota De Me : It’s just a fiction story from my mind. Don’t take as your own and don’t war or bash if you dislike my story. Please don’t be a bad readers or silent readers (siders).

Dunia sudah terlalu kejam. Bahkan sangat kejam bagi bayi suci yang baru terlahir di dunia sekalipun. Apakah ini yang namanya kiamat?

Kau pasti pernah bertemu orang-orang yang begitu mempunyai perilaku baik menurut pandanganmu. Di dukung dengan suara yang lembut dan wajah yang alim bisa langsung membuatmu begitu percaya padanya.

Alam fana ini sudah terlalu banyak menipu. Tempat yang seharusnya menjadi layak bagi makhluk hidup malah berubah menjadi tempat menakutkan seolah-olah kau tidak bisa menemukan tempat bersembunyi ataupun berlindung.

Kau selalu merasa hidupmu sudah di ujung ambang kematian, namun kau masih tetap tidak tahu kapan kematian itu akan datang menjemputmu. Intinya, setiap hari kau hanya selalu bersiap dengan perasaan tegang dan takut. Dan itu membuatmu menjadi tidak nyaman dan terkekang dalam duniamu sendiri.

“Sudah lama sekali ya..?”

Kai mendecak kecil menatap Sehun yang baru sampai di mansion. Tatapan tajam dan sinisnya mengamati gerak-gerik Sehun yang tampak begitu gelisah. Tidak seperti biasanya manusia albino itu seperti ini.

“Wine?” Sehun menggeleng saat Kai mengangkat segelas wine untuk Sehun. “Perempuan?” Lelaki berkulit putih itu hanya diam sembari menghempaskan jaketnya kasar ke sofa. Jika di telisik, wajah Sehun seperti anak SMA yang tengah memikirkan hasil kelulusannya esok.

Biasanya laki-laki berumur 24 tahun itu akan langsung menghabiskan waktunya dengan beberapa kaleng bir atau beberapa gelas vodka dan wine.

Sehun bukanlah seorang player, terlihat dari selama ini dia tidak pernah dekat dan menjalin hubungan dengan perempuan manapun. Namun kali ini, Kai menangkap sesuatu yang resah dari wajah Sehun, apalagi ketika ia menyebutkan kata ‘perempuan’ dihadapannya.

“Aku ingin istirahat.” Sehun kembali mengambil jaketnya dan berlalu pergi dari mansion tersebut.

Tidak seperti Sehun biasanya. “Mau kemana dia? Belum sampai 5 menit dia sudah pergi.” Luhan meletakkan 2 gelas anggur putih di atas meja dan sukses membuat alis Kai saling bertaut.

“Apa ini? Oh ayolah, ini adalah kadar yang terlalu rendah. Sangat rendah.” Kai memilih menghabiskan wine yang sempat ia tawarkan pada Sehun daripada meminum jenis bir seperti itu. “Hahaha, bukankah sesekali kita harus memperhatikan kesehatan kita?” tawa Luhan.

“Banyak hal yang bisa kita pikirkan daripada hal seperti itu. Semua manusia di bumi pastinya akan mati Lu, cepat atau lambat kematian akan menghampiri kita.” Decak Kai lalu berangsur dari duduknya. ” Mau kemana kau?” Tanpa menjawab pertanyaan dari Luhan, Kai langsung pergi tanpa kata.

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

Sungguh malang, Jiyoon mengutuk teman sebangkunya yang membiarkan dirinya mengerjakan tugas diskusi itu sendirian. Bagaimana bisa temannya itu berbohong dengan embel-embel ke toilet? Dan bodohnya Jiyoon tidak merasa curiga ketika teman sebangkunya itu pergi dengan membawa tas.

Baiklah, ini mungkin juga kesalahan bodoh darinya. Tapi, tidak seharusnya dia melakukan itu dan meninggalkan Jiyoon sendirian di dalam kelas.

“Lihat saja, aku akan melaporkannya pada Dosen Yun agar kau mendapat nilai buruk pada skripsimu, Park Chanyeol!”

Satu gebrakan sukses Jiyoon lakukan ketika ia sampai di apartement kecilnya yang baru. Apartement sederhana dan cukup bersih yang terletak beberapa kilo dari tempat kuliahnya.

Jalan hidup yang keras membuat ia harus memilih jauh dari sang ayah dan menjalani hidup di ibu kota Korea Selatan. Tidak ada yang ia cita-citakan dari kecil hingga kini, yang ia inginkan bagaimana membuat ayahnya bangga padanya dan melihat dirinya sebagai orang sukses.

Belajar keras adalah prinsip Jiyoon ketika melihat ibunya terakhir kali kala ia berumur 7 tahun. Sebelum ibunya tiada, ibunya pernah bercerita bagaimana cantiknya Jiyoon saat sudah dewasa nanti. Memakai blazer atau jas hitam pekat, sepatu high heelsnya yang akan menemani langkahnya, dan juga mini make-up yang membuat wajahnya terkesan lebih cantik. Sudah jelas ibunya ingin melihat Jiyoon bekerja di sebuah perusahaan yang besar dan sukses. Namun, sebelum keinginan itu tercapai, ibunya telah tiada bersama harapan yang ia idamkan. Maka dari itu, ia akan menunjukkan itu semua kepada sang ayah.

Jiyoon menatap gusar jam dinding yang terus berdetak meramaikan keheningan malam. Wajahnya gelisah dengan tubuh yang semakin menggeliat tidak karuan. Bukan karena gerah atau panas, bukan juga rasa tak nyaman yang mulai menyelimutinya. Matanya tidak mau terpejam sedikitpun. Mencoba untuk tertidur pulas malah membuatnya risau.

“Tidak masalah. Hanya 15 menit dan kau akan tertidur pulas.” Gumamnya kemudian bangkit dari ranjang.

Angin malam menyapa setiap inci kulit dibalik pakaian tidur Jiyoon. Tidak berhembus terlalu kencang namun dinginnya cukup menusuk. Jiyoon memutuskan untuk pergi ke atap dan sekedar mencari angin. Ia berharap ketika ditengah perjalanan menuju kamarnya nanti ia mulai mengantuk.

Jiyoon menepis rasa dingin yang menyelimuti tubuh mungilnya. Kedua tangannya ia letakkan diatas sebuah pembatas yang terbuat dari tembok berwarna abu-abu muda. Pandangannya menyapu setiap bangunan tinggi menjulang dengan lampu-lampu yang menambah keindahannya di malam yang pekat.

Tidak ada yang bisa Jiyoon pikirkan selain memejamkan mata, menikmati semilir angin yang begitu nyaman ketika menyentuh permukaan kulitnya.

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

“Kau bilang kau menyukainya? Hmm..” Sehun mengulum jemarinya dengan nikmat sembari sesekali menjilat darah yang masih berceceran di sela-sela jarinya.

“Aku juga sangat menyukainya, kau sangat manis.” Suara dentuman kencang kembali bersuara di ruang bawah sana. Pisau besar nan tajam terus menghantamkan ujungnya pada permukaan meja.

“Matamu cantik. Dan aku suka.” Dengan lapar Sehun melahapnya dan mengunyahnya dengan nafsu. Sembari menghabiskan makanan di dalam mulutnya, Sehun memotong bagian-bagian yang lain. Terutama bagian yang sudah menjadi faforit Sehun. Paha dan dada. Dimana ia bisa menikmati daging yang begitu kenyal dengan darah yang merembes dari sela-sela bibirnya. Fantastis, sangat nikmat.

“Menjijikkan. Hanya tulang.” Sehun memontong semua jemari gadis bar itu lalu memasukkannya ke dalam alat penggiling. Sehun kembali menelisik bagian yang lain. Hingga akhirnya ia menghela nafas berat dan membanting pisaunya keras. “Dasar triplek!!” Sehun langsung melempar tubuh gadis itu ke dalam tungku pembakaran dan langsung membakarnya. Sedangkan jemari yang ia giling tadi, ia jadikan santapan jus sebelum tidur.

Walaupun perutnya masih belum terisi penuh dan merasa kenyang. Setidaknya Sehun sudah merasa cukup dan bisa tidur dengan lelap.
.
.
Kai menaruh kantung hitam basah itu ke dalam ember diatas meja. Masker yang sedari tadi menutup hidungnya langsung ia lepas dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

“Apakah barangnya bagus?” Baekhyun membuka ikatan simpul pada kantung tersebut. Bau amis dan anyir langsung menusuk hidung, namun tak membuat lelaki cantik itu jijik ataupun terganggu.

“Makanlah. Aku hanya perlu darahnya.” Ujar Kai sembari menatap mual Baekhyun yang tengah menyantap seonggok daging mentah yang besar. “Kau harus mencobanya, ini enak dan legit.” Goda Baekhyun sembari mengerlingkan sebelah mata. “Aku hanya butuh darah.”

Kai mengambil sebotol darah dingin yang ia koleksi di dalam kulkas. Dengan haus ia langsung menghabiskan satu botol penuh. Sesekali ia menjilat bibirnya yang terlumuri darah kental.

“Dimana Sehun?”

Seharusnya Sehun bersama Baekhyun sekarang. Memakan dan menghabiskan makan malam mereka yang begitu nikmat dan amat mereka sukai. “Dia sudah terbiasa mencari makanannya sendiri.” Singkat Kai.

Tak lama, datang Luhan dengan jaket kulit hitamnya yang ia selempangkan di bahu. “Hei, aku baru saja dari clubbing. Dan kau tahu? Ada seorang gadis murahan yang begitu berani menggigit leherku hingga berdarah.”

Luhan menempelkan plaster putih ke lehernya untuk menutupi luka. “Ahahaha!! Apa dia semacam kita?” Tanya Baekhyun. “Tidak. Dia hanya gemas karena ingin bercinta denganku.”

“Kau menolaknya?”

“Aku membalas menggigit bibir bawahnya hingga robek.” Ucap Luhan dengan tawa diakhir.

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

Jiyoon mengumpat dibalik dinding dekat lift. Matanya membulat melihat sosok laki-laki dengan kemejanya yang ternoda oleh darah.

Dia tahu itu darah. Ketika lelaki itu mendekat ke arah lift. Kentara sekali bau amis yang menyengat. Tidak mungkin di apartement ini ada seorang pembunuh.

Laki-laki itu terlihat sangat santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Sambil menunggu pintu lift terbuka, laki-laki itu langsung membuka kemejanya hingga meninggalkan kaos putih di tubuhnya. Kemeja darah itu langsung ia gulung dan membuangnya ke tong sampah.

Setelah pintu lift terbuka, laki-laki itu masuk dengan langkah yang begitu tenang.

Jiyoon mendesah pelan saat sosok itu telah hilang dari pandangannya.

Pikirannya mulai kalut. Rasa takut mulai menjalar. Siapa laki-laki itu? Apa dia seorang pembunuh? Atau dia telah membunuh seseorang di apartement ini?
.
.
“Darahmu adalah milikku, namun diriku bukanlah milikmu.”

“Tubuhmu adalah milikku, namun diriku bukanlah milikmu.”

“Keindahanmu adalah milikku, namun diriku bukanlah milikmu.”

“Dirimu adalah milikku, namun diriku bukanlah milikmu.”

“Setiap hari dan detik kau adalah milikku, dan diriku akan ada untukmu.”

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

Jiyoon terus melangkah cepat tanpa mempedulikan Chanyeol yang terus menerus memanggilnya dari belakang. Rasa kesalnya belum hilang, apalagi ketika wajah Chanyeol muncul dihadapannya. Yang ada Jiyoon malah bertambah kesal dan ingin sekali memukulnya dengan pemukul baseball sampai babak belur.

“Hei! Kemarin tiba-tiba kakakku menelpon. Dia membutuhkanku malam itu!”

Abaikan. Aku tidak peduli. Jiyoon terus menggerutu dalam hati. Sesampainya mereka berdua di dalam kelas, Jiyoon langsung menempati bangku paling depan. Sebenarnya ini bukanlah tempat duduknya dan Chanyeol, namun ia benar-benar sedang kesal pada bocah tengik itu.

“Jiyoon-ah, jangan marah. Aku kan sudah minta maaf.”

Chanyeol menggoyang-goyangkan lengan Jiyoon pelan. Namun, sang empu masih enggan untuk menggubrisnya. Jiyoon lebih memilih mendengarkan lagu-lagu kesukaannya lewat earphone.

Kampus tempat mereka belajar masih sangat sepi. Jam baru saja akan menunjukkan pukul 6 pagi. Sedangkan mereka masih punya waktu sejam lagi sebelum jam pelajaran dimulai.

Jiyoon mengeluarkan novel tebal yang ia beli minggu lalu. Ia baru sadar bahwa ia hampir saja membiarkan buku itu bersarang terus di dalam rak buku kecilnya. Hampir tidak terbaca sama sekali. Maka dari itu, Jiyoon membawanya sekaligus untuk mengisi waktunya yang kosong.

“Jiyoon-ah..”

Chanyeol masih merajuk. Jiyoon pun masih membuang muka. Novelnya lebih menarik.

Tak lama ponsel Chanyeol bergetar. Chanyeol langsung cepat-cepat mengangkatnya ketika ia melihat nama yang tertera di layar ponsel.

Jiyoon menatapnya heran, perbincangannya begitu disembunyikan. Ia berbisik-bisik di sudut ruangan. Telapak tangannya menutup mulutnya seolah-olah tak ada yang boleh tahu apa yang ia bicarakan.

Jiyoon langsung memalingkan wajah ketika Chanyeol menutup telponnya dan menatap Jiyoon. “Jiyoon-ah, maaf. Ku rasa aku akan absen hari ini. Kau bisa mengizinkanku kan? Aku ada urusan penting. Sampai jumpa.” Tanpa peduli pada perasaan Jiyoon yang masih kesal, Chanyeol langsung berlari keluar kelas. Jujur saja, kekesalan Jiyoon semakin bertambah. Namun, disisi lain ia cukup memaklumi. Ia tidak berhak melarang apapun yang akan dilakukan teman sebangkunya itu.

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

Sehun menatap wanita paruh baya di depannya heran. Lingerie yang cukup tipis dan juga belahan dada yang terlihat. Wanita ini sepertinya sudah berumur kepala 30-an, namun tubuhnya masih bagus dan kencang layaknya gadis remaja. Sehun berdecak kagum dalam hati. Tetapi, ia tidak tertarik.

“Hanya susu? Bukankah aku juga berpesan sebungkus mantau hangat?”

Sehun tidak mengerti. Ini kali pertama ia bertemu dengan wanita ini. Dan sekarang ia meminta hal yang membuat Sehun bingung. Setiap pagi memang hanya sekotak susu dan koran yang ia berikan pada tiap rumah. Selebihnya tidak ada yang lain. Apa mungkin wanita ini salah orang?

“Baiklah. Kau boleh masuk dulu.”

Wanita itu membuka lebar pintu rumahnya seolah-olah rumah itu senang menyambut kehadiran Sehun.

“Kenapa diam saja? Ayo, kemarilah.”

Sehun tersentak. Ketika wanita itu berjalan memasuki salah satu ruangan, ia sempat membuka lingerienya dan menunjukkan tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang.

Oh, jadi wanita ini menginginkan Sehun. Baiklah, sebenarnya ini bukanlah jam dan waktu yang tepat untuk Sehun. Tapi, tidak salah membungkusnya dan menyimpannya untuk makan malam nanti.

Bibir Sehun mengembang lebar lalu menutup pintu rumah wanita tersebut. Ia mengikuti kemana wanita itu mengajaknya. Sampailah ia di sebuah kamar mewah dan luas. Wanita itu benar-benar telah telanjang bulat seolah siap untuk di setubuhi.

“Kemarilah.” Godanya.

Sehun merangkak naik hingga berada diatas tubuh wanita itu. Sebelum mulai, Sehun merogoh sesuatu di saku celananya. Setelah dapat, ia menunjukkan barang dengan ujung yang memiliki ketajaman sangat.

“A-apa yang kau..”

“Kau ingin bermain? Biarkan aku yang memimpin.”

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

Luhan mencetak selembar biodata di komputernya. Setelah mencetak, ia langsung memberikannya pada Kai. “Ini dia orangnya.” Ujar Luhan memperjelas. “Kau yakin?” Kai menelisik foto di depannya dengan tajam dan rinci. Ia memiliki ingatan yang tajam dan saat ia bertemu dengan orang ini di jalan, ia harus segera mendapatkannya dan membawanya kemari.

“Sehun juga tahu tentang dia?”

Luhan mengangguk. “Mereka satu apartement.”

“Perfect!!”
.
.
Sehun memasukkan potongan-potongan dadu itu ke dalam kantung plastik hitam. Ini cukup bagus, dagingnya lumayan banyak apalagi saat dibagian paha.

Sehun memotong daging wanita itu menjadi dadu-dadu kecil agar ia bisa menyantapnya dengan sebuah garpu seperti kau menikmati sepiring salad buah.

Setelah selesai, Sehun membersihkan darah-darah yang berceceran disana-sini. Tidak merepotkan, sudah menjadi kebiasaan bagi Sehun sendiri.

Sehun melihat kembali ruangan dimana ia memutilasi wanita itu. Semuanya sudah bersih tanpa setitik jejak. Merasa urusannya beres, Sehun langsung keluar dari rumah tersebut lalu kembali mengantarkan susu dan koran.

Saat di lampu merah, tatapan Sehun terpaku pada satu objek. Objek yang telah menarik perhatiannya hampir sebulan ini.

Tiba-tiba hasratnya muncak. Ini hasrat yang berbeda dimana biasanya ia bertemu dengan seseorang, ia akan memandang orang itu sebagai makanan yang bisa ia santap. Namun, kali ini berbeda.

Orang itu, membangkitkan hasrat lain dalam diri Sehun. Hasrat yang lebih kuat dari biasanya. Sehun ingin, terobsesi dengn orang itu.

“Aku mau dia.” Sehun bergumam dengan suara parau. Ia meremas jemarinya untuk menahan hasrat asing yang tidak bisa ia pahami.

“Jiyoon! Ayo cepat! Kau ini lama sekali.”

Sehun tahu. Perlahan-lahan dia akan mengetahui tentang gadis itu. Setelah dapat, ia akan langsung menariknya dan mengikat gadis itu ke dalam kehidupannya yang laknat.

Lampu merah kini telah berganti lampu hijau. Semua kendaraan mulai melaju ke tempat tujuan mereka masing-masing. Kecuali, Sehun yang masih terpaku di tempat. Menatap gadis bersurai hitam lebat itu yang tengah duduk dibawah pohon mapel.
Wajah gadis itu terlihat kesal dengan bibir tipis yang mengerucut. Oh tidak, Sehun ingin memilikinya. Ukiran yang ada pada gadis itu terlampau sangat indah. Tuhan, inikah yang disebut bidadari? Atau malaikat? Atau manusia sempurna? Sehun menginginkannya.

Fantasi demi fantasi mulai bermunculan dalam kepala Sehun. Tindakan dan sikap yang akan ia lakukan pada gadis yang bernama Jiyoon itu, Sehun sangat menyukai mendengar jeritan kesakitan yang begitu indah.

Dan bagaimana bila gadis itu menjerit-jerit sembari menyebut namanya? Oh, Sehun akan senang sekali.

◎ I’M PSYCHOPATH ◎

Baekhyun mengumpulkan kumpulan bola mata diatas meja dapur . Sebelum ia memasukkannya, ia mencincangnya terlebih dahulu hingga darah menghiasi meja persegi tersebut. Raut bernafsu bagaikan binatang terlukis di wajah Baekhyun. Ia tidak sabar menyantap makanan yang sudah menjadi asupan pokoknya dari kecil. Namun, untuk mendapatkan kenikmatan ketika kau melahapnya, tentu butuh proses. Dan Baekhyun harus melakukannya.

Ketika berumur 7 tahun, Baekhyun menemukan temannya yang baru saja mengalami kecelakaan ringan di pinggir jalan. Darah melekat dari paha hingga ke betis anak tersebut.

Baekhyun melihat sekitar, keadaan begitu sepi sedangkan teman satu sekolahnya menangis sembari menjerit. Baekhyun pun mendekat, bukan niat untuk menolong.

Pertama, ia mencolek darah anak itu lalu mencicipinya. Baekhyun mengecap sebentar sebelum ia merobek satu luka yang terdapat pada betis anak tersebut.

Jeritan anak itu semakin kuat. Dengan paksa Baekhyun menarik kulit kakinya dan merobeknya hingga terlepas. Di depan anak tersebut, Baekhyun memakan kulit itu dengan lahap. Terlihat nikmat seperti kau memakan daging panggang kecap.

Jeritan demi jeritan begitu menusuk telinga Baekhyun sampai akhirnya anak itu berhenti. Anak itu malah diam terbaring dengan darah yang berlumuran di tempatnya. Baekhyun memiringkan kepalanya sedikit, anak itu sangat berbeda dari sebelumnya. Sekarang tubuhnya hanya dilapisi oleh daging dan darah. Tidak ada kulit yang menutupinya seperti tadi.

Bagaimana bisa anak kecil berumur 7 tahun itu bisa melakukan hal yang mengerikan seperti tadi?
Dan hasrat akan menjawab segalanya.

Setelah Baekhyun mencincang semua bola mata, ia langsung memasukkannya ke dalam blender dan mengisinya dengan sedikit darah.

Lidah membasahi bibir Baekhyun. Bunyi blender begitu menggema. Perlahan bola mata itu hanya sebuah cairan kental dengan sisa-sisa daging seperti jelly.

Baekhyun mematikan blender lalu langsung menuangkannya ke dalam mug kaca yang cukup besar.

“Waah!!”

Kai menatap sekilas Baekhyun yang langsung duduk mengisi tempat kosong disampingnya. Lelaki bermata eyeliner itu dengan rakus meminum jusnya, sesekali mengunyah bola mata yang telah melumer kental menjadi jus.

“Sehun mengirimiku pesan, kita akan mendapatkan makanan malam ini.” Ucap Kai.

“Wuaah, itu berarti kau tidak perlu mencari mangsa malam ini. Kita akan langsung melahapnya begitu Sehun sampai sini.” Riang Baekhyun lalu melanjutkan meminum jusnya.

Kai memperhatikan layar ponselnya dari tadi. Jemarinya tak berhenti mengetik dan berkirim pesan dengan adiknya. “Kapan adikmu akan kesini?” Tanya Baekhyun tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

“Bersabarlah. Sebentar lagi kta akan mendapatkannya.” Kai melempar ponselnya ke sofa. Tubuhnya bangkit dan meraih kunci mobil. “Oh tidak, apa aku akan sendirian?” Baekhyun menunjukkan raut sedihnya yang begitu lucu bagi Kai. Lelaki berkulit tan itu tentu saja hanya berdecak kecil melihat tingkah kekanakan Baekhyun. “Sebentar lagi Luhan akan pulang, mungkin.” Ujar Kai sambil memakai jaket kulitnya.

“Hubungi aku bila Sehun datang kemari.”

Baekhyun mengangguk pelan sebelum sosok Kai benar-benar hilang dari pandangannya.
.
TBC

17 thoughts on “I’m Psychopath Chapt. 01”

  1. adik??? siapa adik yg dimaksud baekhyun….mungkinkah jiyoon adlh adik kai???
    sehun tertarik ama jiyoon tp sbgai apa, apa jiyoon jg akan dbunuh???
    mereka ini mkhluk apa sih sbenarnya???
    kalau masih manusia kok ya serem amat…..sadis bgt uooyyy….psikopat emg sampe segitunya ya??

    chanyeol jg sdkit mncurigakan dsini…
    penasaran ama next ceritanya…
    salut bgt sama kamu yg bisa bkin cerita kyk gini 🙂
    keren bgt pokoknya ^__^

    Like

  2. widihhh.. keren banget.. tapi serem juga sih.. ada hal” yg bikin aku bingung kak.. siapa adik kai ? siapa chanyeol ?? dan mereka kok kejam banget knapa yaa ??? cepetan kak next nya..

    Like

  3. Mereka itu sebenernya manusia apa bukan sih, sadis banget ya sampe makanannya manusia hiiiiii
    Apa jiyoon target. Makanan buat mereka yaa

    Like

Your Feedback, Please!