Take It Slow[Chapter 1]—by.PutrisafirA255

Take It Slow

Absurd story by PutrisafirA255

【Main Cast】

Sehun Hester | Hanna Lee

【Other Cast】

Chanyeol Park | Hyena Kim

Baekhyun Byun | Helena Park

Lee Hanbin| More

「Angst, AU, Drama, Hurt, Comfort, Romance, Friendship, Family」

『PG-15』

ǁEdinburgh, Scotlandǁ and ǁSeoul, South Koreaǁ

「Chaptered」

“Selfish? That’s because I love you.”

h

edinburgh

Edinburgh. Kota dengan sejuta keindahaan yang berhasil memukau mata para penduduknya. Berhasil menjerat para mata dunia melalui pendidikan yang memiliki kualitas bagus, hingga akhirnya menjadi destinasi para pelajar. Tak terkecuali untuk gadis yang kini sedang duduk di bawah pohon sakura.

Netranya tak lepas dari pemandangan yang ada di belakangnya. Sebuah bangunan tua yang masih kokoh berdiri di atas bukit yang curam. Ajaib bukan? Hanya satu pertanyaan yang ada di benak gadis itu, bagaimana bisa bangunan itu tak jatuh padahal di depannya ada jurang yang curam?

Sayangnya, hendak bertanya pun tak punya nyali. Walau di sini menggunakan bahasa inggris, gurunya saat di Korea pernah mengatakan, “Hanna-ah, saat kau di sana, kau harus berhati-hati. Apalagi saat berbicara dengan orang Skotlandia asli. Mereka sangat tidak suka dibandingkan dengan Inggris.”

Maka dari itu, ia lebih memilih diam dengan pertanyaan yang masih bergelut di otaknya. Untung saja, tak berselang lama gadis yang ia tunggu datang dengan membawa dua cup minuman khas Starbucks di tangannya. “Hanna, i’m so sorry.”

Gwenchanha, tapi kau beli dimana? Aku rasa cafe Starbuck jauh—” belum selesai Hanna berbicara, gadis yang kini telah mengambil alih duduk di sampingnya lekas menginterupsi, “Ternyata kau belum bisa menyesuaikan dengan bahasa di sini , ya?”

Alih-alih menjawab, Hanna justru mengerucutkan bibirnya. “Jangan mengalihkan pembicaraan, Helena!” ujarnya ketus. Tak lupa pipinya digembungkan—agar tampak peran marahnya—yang justru membuatnya semakin manis. “Baiklah, aku memang tak bisa berbohong. Bukankah kau yang bilang untuk membelikan minuman ini? ‘kan aku sudah belikan? Apa yang salah?”

“Tapi ‘kan aku bilang kalau kau melewatinya. Dan kenyataannya kau—” Agar tak semakin panjang kalimat Hanna, maka Helena berinisiatif dengan mendorong minuman yang ia bawa ke hadapan Hanna. “Kau tak mau?” tanya Helena pasca mendapati raut muka sebal dari Hanna.

“Ani! Kau kira aku akan menolaknya apa?!” jawab Hanna dengan nada yang semakin merendah di akhir kalimat. Helena yang mendengar itu hanya tersenyum. Lebih memilih menikmati minuman masing-masing sambil memandang indahnya bunga sakura yang mulai gugur.

“Hanna,” panggil Helena. Hanna yang masih asik dengan minumannya hanya menimpali dengan deheman. “Apa kau senang bisa ke sini?” tanya Helena. “Geureom! Edinburgh sangat indah. Kota yang tenang dan damai. Aku sangat menyukainya. Kau tahu itu ‘kan?”

“Aku tahu. Tapi, apa kau tak merindukan Junmyeon di Wolfsbrugh, huh? Dia kan cinta pertamamu.” Goda Helena yang berhasil membuat kedua pipi Hanna bersemu merah. Mengingat nama itu membuat jantungnya berdegup tak karuan. “Kenapa kau malah bahas Junmyeon, huh?!”

“Memang kenapa? Kalian ‘kan sudah sangat dekat. Apalagi dia pernah menci—”

Refleks tangan Hanna membungkam bibir Helena dengan tangan putihnya. “Dia tidak pernah menciumku, Helena. Kenapa kau selalu mengungkit itu?!”

“Baiklah,” ujar Helena akhirnya mengalah pada Hanna yang kini pipinya sudah memerah seperti tomat. “Jujur, aku sangat merindukan Baekhyun di Seoul. Padahal aku baru meninggalkannya tiga hari.”

Mendengar penuturan Helena, Hanna menoleh ke arah gadis itu. Raut mukanya nampak murung setelah membahas teman sekelasnya yang menjadi teman dekat Helena, Byun Baekhyun. “Kenapa kau malah sedih? Huh, Ini semua salah Baekhyun!”

Tak habis akal, Hanna lantas mengambil ponsel lima inchinya dari saku jaket. Menyentuh beberapa kali layarnya, lalu mengangkatnya ke atas. “Apa yang kau lakukan, Han?”

“Nanti kau akan tahu,” jawab Hanna sekenanya. Setelah menunggu beberapa detik, muncullah muka Baekhyun di layar ponsel Hanna. Itu artinya…

“Kau menelpon Baekhyun?!” tanya Helena murka sambil bangkit dari bangku merah yang tadinya ia duduki bersama Hanna. Membuat keduanya menjadi pusat perhatian sesaat. Kebiasaan barat yang sudah membudaya dan sangat Hanna sukai—tidak mencampuri urusan orang lain. “Duduk!” pita Hanna pelan sambil menunjuk bangku kosong di sampingnya dengan dagu. Helena lekas menuruti walau gumaman tak jelas terdengar.

“Baekyun-ah!!” sapa Hanna pada Baekhyun melalui video call. Di dalam layar ponsel Baekhyun, nampak Hanna dan juga… Helena. Gadis yang ia rindukan sejak terakhir pertemuan keduanya. “Annyeong, Hanna! Helena? Kau tak menyapaku?”

Helena yang sedari tadi menunduk—menghindari wajah Baekhyun— segera mendongak. Jangan lupa raut terkejut Helena yang membuat Baekhyun tersenyum tipis di seberang sana. Meski sebenarnya, jantungnya berdebar dengan keras. “A-ah, mian. Annyeong, Baekhyun.” Ujarnya dengan senyum canggung dan gesture membenarkan rambut.  Kebiasaan Helena jika salah tingkah di depan Baekhyun.

Merasa hanya akan menjadi mak comblang, maka Hanna segera mengalihkan perhatian Baekhyun pertanyaan lain. “Baekhyun-ah, oppaku tidak memberikanmu tugas berat, ‘kan?” Mendengar pertanyaan itu, Baekhyun membenarkan posisinya yang tadinya terlentang di tempat tidur menjadi duduk. “Hanbin hyung tak pernah memberikanku pekerjaan yang berat. Tapi,—”

Mendengar kata ‘tapi’ dari bibir Baekhyun, Hanna dan Helena menambah atensi. “—Manager Kang yang memberikan setengah pekerjaannya untukku.”

“Kau pasti sangat terbebani.” Ujar Helena tiba-tiba. Hanna yang mendengar itu memutar bola matanya malas. “Kalau begitu semangat ya, Baekhyun. Annyeong!” pamitnya tiba-tiba. Belum sempat Baekhyun menjawab dan berpamitan dengan Helena, Hanna segera memutus video call keduanya.

“Dasar anak kurang ajar! Kalau bukan karena kau teman Helena, maka aku akan mencubit pipimu itu!”

h

divinity-library.jpg

Meskipun langit Edinburgh sebentar lagi akan menghitam, tak membuat kaca matanya lepas begitu saja. Terbukti dengan pulpen dan juga buku tebal di sampingnya yang tak habis-habisnya di baca. Padahal tugas yang ia dapatkan itu masih harus di kumpulkan bulan depan.

Sehun, you still here?” tanya seorang pemuda yang tiba-tiba ada di hadapannya. Merasa di ajak bicara, Sehun mendongak. “Ehm. You know this project is more difficult than before.” Ujar Sehun kemudian. “You must rest, Hun.” Ucapnya sambil melepas kaca mata Sehun yang tadinya bertengger manis di hidung bangirnya.

Finally, he lost his focus. Sehun hanya mendengus pelan. Mendorong tubuhnya kebelakang. Mengistirahatkan punggung dan juga matanya. Sesekali ia mengerjapkan mata, lalu memijat pelipis. “Sudah kubilang ‘kan. Kau itu sudah lelah, Hun.”

Thanks, Chan. You’re my best friend.” Ujarnya datar dengan nada ambigu. Chanyeol yang merasa bersalah pun hanya tersenyum lebar. Jika tidak seperti ini, maka Sehun bisa sampai larut duduk di sini dan berkutat  dengan buku hingga tak pulang.

Wae neo yeogisseo?(Kenapa kau ada di sini?)” tanya Sehun. Alih-alih menjawab, Chanyeol justru menyodorkan sebuah undangan. “Apa ini?” tanya Sehun—lagi— yang hanya dijawab anggukan oleh Chanyeol.

Tangannya pun tergerak menuju undangan yang diletakkan Chanyeol di atas bukunya. Dibukanya perlahan, lalu dibacanya dengan suara sedikit keras. “Graduation party. Will be held on—” Sehun berhenti pada saat membaca tanggalnya. “ June, 4th?”

“Kenapa? Kau tak bisa?” tanya Chanyeol. Alis Sehun bertaut, raut mukanya mulai tak bersahabat. “Micheosseo?!  Hari itu kita harus pergi ke gereja—”

Calm down, Man. Aku tahu. Maka dari itu, aku ingin kau tetap di gereja. Sedangkan aku akan mencari pengganti untuk mengiringi konsernya. Get it? I have to go.” Setelahnya, Chanyeol pergi tanpa menunggu jawaban dari Sehun. Damn it! Sehun mengumpat dalam hati. Chanyeol selalu membuatnya menuruti keinginan laki-laki itu dengan mudah. Seperti hari ini, ia tak mungkin ‘kan berteriak di perpustakaan?

His never change,”

h

Bangunan karya Zaha Hadid itu seolah tak akan habis pengunjung. Sejak matahari belum terik, hingga matahari telah menyinari bangian bumi yang lain, tetap saja ramai. Jika bukan karena peluncuran produk terbaru dari perusahaan terkenal, mana mungkin convention hall itu sepi?

Samsung baru saja mengeluarkan series terbaru dari Samsung Galaxy. Dengan beberapa fitur canggih salah satunya water resistant. Maka dari itu, banyak pengusaha dan juga artis serta pejabat datang untuk menyaksikan perdana produk itu.

Di atas panggung, laki-laki tampan berbadan tegap dengan setelan jas hitam sedang menerangkan kelebihan dari produk terbaru mereka dengan lancarnya. Hingga membuat decak kagum dari beberapa pihak pun juga terdengar. Tak berlangsung lama, hanya sepuluh menit. Setelah itu ia kembali turun dari podium dan menghambur dengan para tamu.

“Hyung, kau sangat keren sekali!” puji seorang laki-laki yang berada disampingnya. “Tidak juga, kakiku bahkan masih bergetar.” Balasnya. Keduanya pun tersenyum. “Hanbin-ssi, presentasimu sangat bagus. Kau bahkan tak gugup sama sekali.”

Merasa terganggu dengan banyaknya pujian yang mengalir, ia lantas menjawab, “Tidak, Sajangnim. Anda terlalu berlebihan.” Jawabnya sopan. Tentu saja, jika tidak maka Samsung akan hancur dan tinggal nama. Seperti sebiah pencitraan sekaligus membawa nama baik. Bukankah akting sangat membantu dalam urusan ini?

“Baek, aku ingin bicara sesuatu padamu.” Ujar Hanbin, lalu mengajak Baekhyun menjauhi kerumunan. Memilih tempat sepi dekat jendela sebagai destinasi. Sesampainya di sana, Hanbin justru terdiam. Ia tak mampu mengatakan apa yang ingin ia katakan. Atau lebih tepatnya, ia tak tahu harus mulai dari mana.

“Katakan saja, Hyung. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”

Hanbin mendongak. “Ehm.. Bolehkah aku meminta bantuanmu?” ujar Hanbin pada akhirnya. Baekhyun tergelagap. Memangnya apa yang bisa ia bantu dari pria itu. Hidupnya bahkan sudah mapan. Karir cemerlagn ditambah dengan masa depan yang terjamin. Tapi, kenapa ia sangat butuh bantuan Baekhyun? Itu juga yang kini tengah dipikirkannya.

“Tentu saja, Hyung. Aku akan membantumu.” Jawab Baekhyun. “Aku ingin bertemu Hanna. Dia kabur dari rumah terlalu lama.” ujar Hanbin tiba-tiba. Sontak membuat Baekhyun semakin bingung. Apa yang harus ia jawab?

“Hyung, sebenarnya—” Baekhyun mememutar matanya gelisah. Mendapati ekspresi seperti itu, Hanbin lantas menginterupsi. “Katakan apa yang tidak aku ketahui!” Nadanya semakin tinggi. Ini pertama kalinya Hanbin berteriak kepadanya. “Hanna—”

“Hanna kenapa?!”

“Hanna pergi ke Edinburgh.”

h

Suasana gereja mulai ramai. Terdengar hiruk pikuk para jemaat yang akan mendengarkan Lunchtime concert yang diselenggarakan oleh St. Giles’ Cathedral. beberapa staff pun mulai sibuk mengurusi acara itu. Tak terkecuali Sehun yang diberi amanat langsung oleh ketua pengurus gereja. Dan itu membuat satu harinya menjadi hari yang melelahkan.

“Sehun!” panggil seorang wanita paruh baya yang tengah menggandeng seorang anak kecil. Mendengar panggilan itu, Sehun lekas menghampirinya. “May I help you?” tanya Sehun saat dirasa wanita paruh baya di hadapannya itu sedang kebingungan.

Justin lost his toy. Can you help him to find it?” ujarnya kemudian. Sehun yang mendengar penuturan Suster kesayangannya itu langsung membungkukkan badan. Menyejajarkan tubuh tingginya dengan anak yang masih memegang erat tangan suster Maria. “Don’t worry. I’ll find your toys.” Seulas senyum ia bubuhkan di akhir kalimat. Sungguh manis hingga wanita paruh baya yang ada di hadapannya pun ikut tersenyum.

I’ll go.” Pamitnya sambil memegang lengan suster Maria. “God Bless You.” Ujar suster Maria mendoakan Sehun sebagai imbalan atas kebaikan yang baru saja ia lakukan. Sehun terenyum penuh sebelum pamit mengundurkan diri untuk melakukan amanat yang di berikan. Jujur, ia sempat mengumpat kala kebaikan itu justru merugikannya. Di saat-saat seperti ini, kenapa ada saja yang membuatnya semakin repot?

Kala Sehun mencari mainan Justin yang hilang, netranya sempat melirik ke arah seorang gadis dengan dress biru tua bermotif kotak di tambah pita kuning di pinggang rampingnya. Manis—Sehun membatin. Belum sempat melihat rupa gadis yang baru saja dipuji, ia melihat objek yang di cari sejak sepuluh menit yang lalu. Tepat berada di bawah meja yang ada di hadapan  gadis itu.

Tanpa berpikir panjang, Sehun lekas mengambil mainan itu. Tapi, belum sempat meraihnya, sebuah tangan menarik pundaknya. Membuat Sehun harus menarik diri secepat mungkin. Sialnya, kepala berharganya itu sempat menyapa kerasnya meja hingga ia menggeram cukup keras.

What are you doing there?!” tanya seorang gadis. Tunggu! Gadis itu.. dia mirip dengan gadis yang baru saja ia beri label ‘manis’ beberapa menit yang lalu. Sehun sempat menoleh, untuk memastikan apakah gadis itu benar atau tidak. Dan hasilnya, gadis itu memang benar gadis yang tadi.

I ask you, Mister. What are you doing there, huh?” tanyanya lagi. Sehun yang masih menetralkan detak jantungnya hanya terdiam. Membuat gadis itu jengah. “I just wanna take that toys,” jawab Sehun sambil menunjuk objek yang di maksud. Gadis itu mendengus kasar. “Neo jinjja byuntae! Bagaimana bisa kau membuat alasan seperti itu, huh?!”

Pardon me?

Shireo! Kau pikir aku gadis murahan yang seenaknya bisa kau perlakukan seperti itu?! Na jinjja miweohae!” ujarnya lagi. Sehun yang mendengar sumpah serapah itu hanya terdiam. Ia baru tahu kalau ternyata gadis itu bisa bahasa korea—sepertinya. Meski Sehun sejak lahir ada di Edinburgh, ibunya tetap mengajarkan ia bahasa korea. Dan itu sangat menguntungkan. Seperti… sekarang mungkin?

h

Hanna masih kesal dengan apa yang baru saja menimpanya. Bagaimana bisa laki-laki menggunakan alasan tak masuk akal hanya untuk hal seperti itu. Ia kira hanya di korea laki-laki mesum seperti itu ada. Ternyata di sini juga ada—gerutu Hanna dalam hati. Ia masih kesal dan sangat kesal hingga moodnya sekarang hilang entah kemana.

“Mrs. Hanna?” panggil wanita paruh baya yang tiba-tiba ada di sampingnya. Hanna menoleh. “You Mrs. Hanna, right?”

“Mrs. Maria?!” Hanna kaget luar biasa. Bahkan matanya membulat penuh melihat wanita itu ada di dekatnya. “Jaljinesseo?(Kau baik-baik saja?)” tanyanya dengan bahasa korea, namun logatnya masih asli inggris. Benar-benar lucu!— Hanna membatin. Sebagai jawaban, Hanna tersenyum sembari menganggukkan kepala. “Kau tahu, bahasa koreaku sangat baik, tapi logatnya tak pernah bisa berubah.” Ujarnya diselingi kekehan kecil.

“Kau sangat fasih, Suster Maria.” ucap Hanna tanpa senyum yang memudar sedikitpun. “Kau sudah siap mengiringi konser kali ini?” tanya suster Maria pada Hanna. “Aku sedikit ragu, karena ini pertama kalinya aku main piano setelah ayah melarang dua tahun yang lalu.”

“Aku harap kau tunjukkan yang terbaik. Apa kau masih berteman dengan Chanyeol? Dia sangat tinggi sekarang.” Kata suster Maria girang. “Jinjjayo? Wah, aku jadi ingin bertemu dengannya.” Balas Hanna kemudian. “Bukankah universitas kalian sama? Kalian bisa bertemu besok. Aku akan menyuruhnya menjemputmu. Agar kalian berangkat bersama.”

Alih-alih menerima Hanna justru menolak. “Ah, tidak perlu. Aku akan berangkat dengan temanku. Lagi pula aku juga tinggal di apartemen yang tak jauh dari kampus dengan temanku.” Jelasnya panjang lebar. Suster Maria mengangguk. “Baiklah, kalau begitu aku permisi. Masih banyak urusan yang perlu aku kerjakan.”

“Ne,” timpalnya pelan. Belum sempat beranjak, ponselnya berdering. Menampakkan sebuah nomor internasional yang tak ia kenal. Mungkinkah itu Junmyeon? Ah, tidak! Tidak mungkin. Tak ingin membuat hipotesis, Hanna lekas menjawab.

“Hello?” tanyanya hati-hati. Bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan keterdiaman dari pihak seberang line. Belum sempat menyahut lagi, suara bass sudah menyapa indra pendengarannya. “Hanna?”

Hanna? Bagaimana bisa ia tahu namaku—batin Hanna. Entah kenapa, jika ini adalah suara Baekhyun maupun Junmyeon ia akan tahu. Tapi, ini bukan suara mereka. “Who are you?” tanyanya sekali lagi. “My name is Lee Hanbin.

Tak perlu ditanya, setelah itu Hanna membuat dirinya menjadi pusat atensi berkat pekikkannya yang menggema. Hanna terlalu senang. Akhirnya, ia bisa berbicara dengan kakaknya. “Oppa! Na jinjja bogoshipeo!” pekinya. Dapat ia dengar Hanbin tertawa. “Aku juga.”

“Kenapa kau pergi tanpa sepengetahuanku, huh?” tambah Hanbin sekaligus memarahi Hanna. Sedangkan yang dimarahi justru tersenyum. “Oppa, dimana-mana yang namanya kabur itu tidak ada yang tahu—”

“Tapi, Baekhyun tahu,” timpal Hanbin. “Jadi, yang memberitahu oppa si bebek itu?” Hanna justru menggerutu. Membuat Hanbin tersenyum membayangkan adik manis dan manjanya itu sedang marah. “Aku akan memarahinya!”

“Kalau kau memarahinya, kau mau membantuku mencari sekertaris lagi?” tanya Hanbin. Mengingat Hanbin baru saja mengganti sekertarisnya. “Bagaimana kalau wanita saja, Oppa?”

Wanita?! Jangan katakan itu! Hanbin sudah trauma dengan sekertaris wanita. Yang terakhir saja sudah membuatnya gila. Bagaimana bisa mencari sekertaris lagi seperti itu? Adiknya itu sangat pintar jika membuatnya skak mat. “Jangan membuatku serangan jantung, Lee Hanna!”

Hanna terkekeh. Mengerjai Hanbin membuat bebannya tadi hilang. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau baik-baik saja?” tanya Hanbin kemudian. “Aku baik-baik saja, Oppa. Jangan khawatir. Apalagi aku bertemu dengan suster Maria dan juga Chanyeol. Walau khusus Chanyeol aku belum bertemu.” Jawabnya dengan nada melemah di akhir. “Suster Maria? Ternyata pelarianmu sudah terencana dengan baik. Tak salah kau diterima di universitas Edinburgh.”

Lagi-lagi Hanna terkekeh. “Tapi, Oppa. Jangan beri tahu ayah. Kau tahu ‘kan? Ayah tak suka aku mengambil jurusan bisnis. Padahal aku sangat suka bidang itu. Mungkin ayah tak mau aku merebut perusahanmu.” Ujarnya bercanda. Hanbin terdiam. Merebut perusahaan? Kenapa Hanna berpikir seperti itu. Ternyata, adiknya itu salah mengira.

“Kenapa kau berpikir seperti itu, huh? Ayah tak mungkin berpikir seperti itu. Setelah dari sana, pulanglah. Aku akan menyambutmu—”

“Menghajarku maksudnya?” sahut Hanna cepat. Membuat Hanbin terkekeh di sana. “Benar! Aku akan menghajarmu. Jadi, cepatlah pulang. Arraseo?” ujar Hanbin diselingi kekehan. “Baiklah. Aku tutup, oke? Aku sibuk!”

“Baiklah.”

His never change,

h

Jangan ditanya seberapa bingung Hanna. Berbeda jurusan dengan Helena membuatnya bingung setengah mati. Ia bahkan sudah membawa peta gedung kuliahnya, tapi tetap saja ruangan yang dicarinya tak kunjung didapatkan.

“Aku harus bagaimana lagi?” gumamnya. Ia hampir putus asa. Padahal ini adalah kuliah pertamanya. Tak kehilangan akal, ia kembali bertanya dengan mahasiswa yang tengah berbincang dengan temannya. “Can you help me? Where is business class—

“Kau.. bukankah kau wanita yang mengumpat padaku kemarin?”

“Kau.. namja byuntae itu ‘kan?!”

h

Hi! Akhirnya bisa buat FF dengan genre dan juga lokasi yang hebat kayak gini. Sampe kuotaku habis cuma gara-gara mendalami kota Edinburgh yang indahnya luar biasa itu.

Kalau ada yang penasaran kenapa aku ambil latarnya di Edinburgh, aku akan menjawab, “inget pathcode Sehun?” Iya! Pathcode Sehun terletak di kota itu, Edinburgh. Jadi, aku inisiatif membuatnya nyata di sini. Hehe.

Oh, iya. Kalau kalian para amore-ku lupa siapa aku, maka aku akan mengingatkannya. Aku author yang nulis ‘This Love’. Emang sih di chapter awal banyak banget yang respon. Tapi, setelah dapet chapter 3 justru malah hilang semua. Mungkin karena cerita dan juga plotnya yang aneh, kali ya?

Tapi, untuk yang masih penasaran kelanjutannya, aku masih melanjutkannya di blog pribadi aku. Kalo gak ada yang mau juga gak papa, hehe. Dan kembali di FF ini, aku bakal bikin ceritanya penuh dengan misteri. Dan jujur, untuk part bahasa inggrisnya aku ngerasa ‘aneh’. Apalagi inggrisku pas-pasan. Jadi, maap yak kalo ada yang salah. Mungkin kalian mau membenarkan di kolom komentar? 🙂

Terima kasih untuk readers yang meluangkan waktu membaca FF absurdku ini. Jangan bosen-bosen yak… aku pulang.

With love,

—PutrisafirA255

52 thoughts on “Take It Slow[Chapter 1]—by.PutrisafirA255”

  1. bagus kak ceritanya….
    itu sehun dikira byuntae ya,, duuuh….kasian,hehehe….
    aq dsni masih bngung hanna itu kabur dr rumahnya kpan?
    koq hanbin bilang udh lama?
    aq kira stelah lulus SMA gitu?
    ya udh ditunggu next ceritanya ya kak 🙂
    jadi makin penasaran nih…
    semangat ya ^__^

    Like

  2. wahh nemu ff baru kkkk~
    ini ff kata-katanya bagus, aku suka (y)
    itu si hanna salah sangka, negatif aja sama orang tamvan hahaha padahal sehunkan nggak tau apa-apa! yang sabar aja ya hun ^_^
    baek sama helena, kayanya bakal seru.. ehh ko’ malah mereka berdua! 😮 😀
    ceritanya kurang panjang yahh, tapi nggak papalah kira aja nanti bakal seru 😉 bagus + keren buat author..
    oh iya salam kenal yah, reader baru 🙂 🙂

    Like

    1. Mau aku kenalin?

      Btw, kenapa setelah ku tatap komenku aku merasa bersalah😭
      Memaksa orang lain demi mendapatkan pass. Kalo begitu, nanti aku kirim yak../dasar baperan/

      *semuanya becanda kecuali pass. Buat chap 7 bentar lagi kok updatenya😁😀

      Like

  3. hey, aku reader bru. . Ijin baca yah 🙂
    eemm mereka sehun-chanyeol pendatang kayak hanna juga atau. . .???
    Aahh kasian sehun dikatain mesum. . .

    Like

    1. Silahkan..

      Kalo Sehun itu udah dari kecil di Edinburgh, tapi ibunya dari korea. Jadi, Sehun bisa bahasa korea dari ibunya.

      Kalau Chanyol,/ada di chap depan/ dia itu waktu kecil temennya Hanna, tapi umur sebelas kalau gak sepuluh dia pergi ke Edinburgh.

      Makasih sudah berkomentar 🙂

      Like

  4. Namja Byuntae 😂😂 .. Niatnya baik mau ngambil mainan, malah di bilang byuntae 😂 .. Izin baca next chap ya authornim 😄

    Like

  5. Ahhhhh sehun byuntae…
    Jadi hanna itu kabur buat kuliah bisnis??
    Tapi knapa hanna dilarang maen piano sma ayahnya??
    Biasanya kan anak biasanya dipaksa kuliah bisnis laah ini malah harus kabur buat kuliah bisnis..

    Like

    1. Ayahnya Hanna gak ngasih izin buat kuliah bisnis, jadi Hanna pergi ke Edinburgh buat sekolah bisnis. Padahal, Hanna pengen banget kuliah di jurusan itu.

      Selamat bergabung dengan makhlk tersesat lainnya 😀 Makasih udah komentar 🙂

      Like

  6. ayah hana aneh ya? biasanya kn klo anak pengusaha pasti kuliahnya disuruh ambil jurusan bisnis eh ini malah kebalik ya? pokoknya ceritanya antimainstrem, izin baca next chap ya.

    Like

  7. haloo, bolehkan aku baca ff ini..?? ehh chap 1 uda aku baca sihh hehehe
    aku baru aja ktmu ff sehun & itu chap 10 krn tertarik makanya aku nyari chap 1 dulu
    aku minta ijin yaa thor buat baca kelanjutannya, kesan aku baca chap 1 ituu menariiikk.. & aku suka bgt gaya bahasa km, tulisannya rapi dan yg paling aku sukaa km pake bahasa baku.. hehe, sukses bgt bayanginnyaa..
    terimakasih sebelumnya & salam kenalll

    Like

  8. Hai kak ! Ada reader baru nih ^^
    Ff nya seru. Duhh itu si Sehun sama Hanna kok baru pertama ketemu aja udh berantem karena salah paham. Kasihan si Sehun, wkwk. Ngerelain kepalanya jadi korban hahah

    Liked by 1 person

  9. Astagaaa si hanna ngira kalau sehun itu ‘ngintip’
    Wkwk ngacoo xD
    Tapi yaaa ujung”nya si hanna-sehun sekelas :v
    Jodoh mah ga kemana /apasih:3

    Like

  10. hello aku baru baca. krna baru nemu ff mu setelah perburuan ku *ok skip* ahaha. pertama tertarik ya krna cast sehun dan pas baca makin tertarik jaddiiii aku mau baca selanjutnya yaaaaa hihihi. thanks before

    Liked by 1 person

  11. WAH SAMBIL TUNGGU TAHU BULAT PANAS EH SALAH FF 1435 BACA NIH FF EMANG (emang apa? Maaf capslock jebol kak wkwkw). Emang kalo bikin ff selalu spesial pake telur 2(?) Izin baca ya kak 😁

    Like

  12. baru part 1 aja udh bikin penasaran kayak gini . ff nya bagus banget . suka sama gaya bahasanya 👍👍👍 . semangat terus yaa buat author-nim 🙏🙏🙏

    Like

Your Feedback, Please!