1435 [Prolog]—PutrisafirA255

1435

1435—Begin

.

Story from PutrisafirA255

.

Cast

Oh Sehun-Kim Hanna

Byun Baekhyun- Helena Jung

Other Cast

Jung Hyejin-Min Yoongi

etc

.

Genre

Marriage Life, Romance, AU, Fluff, Drama, Family, etc.

.

PG-16

.

Hope you like it and give me comment as appreciation

.

PutrisafirA255©2016 | Blackandwhite

.

Semua orang mempunyai kehidupan masing-masing beserta privasinya. Sehingga, sakit apapun yang dirasakan, mereka tak akan tahu sama sekali mengenai itu semua. Yang mereka tahu hanyalah senyuman yang mereka anggap sebagai kebahagiaan atas hidupnya.

Namun, Kim Hanna tak sependapat dengan semua itu. Hidupnya memang sudah mapan, bahkan bisa dikatakan mulia untuk seumurannya. Cantik, pandai, mendapat gelar dokter diumurnya yang masih dua puluh dua tahun, dan apartemen yang elit.

Yang sangat disayangkan hanyalah satu. Kehidupan asmaranya. Tak ada yang tahu bagaimana kisah cinta gadis itu setelah sekian lama. Yang hanya orang lain ketahui yaitu, ia punya kekasih dulu ketika sekolah menengah atas, kemudian berakhir karena sang pria lebih memilih gadis lain yang sudah dijodohkan.

Memang rumit, juga menyedihkan. Karena, itu membuat trauma tersendiri bagi Hanna, hingga gadis itu tak punya niatan sama sekali untuk menjalin hubungan. Bahkan pekikkan sang ibu menggema karena marah akibat sang Anak yang selalu menganggap remeh masalah itu.

“Aku masih muda, jangan mendikteku untuk urusan itu, bu.”

Setelahnya, Hanna pasti akan meninggalkan ibunya yang masih bergeming. Menatap anaknya tajam, namun juga kasihan dalam satu waktu. Hanna memang sensitif jika pembahasan semacam itu terdengar ditelinganya, sampai-sampai ia lebih rela berkutat di ruangannya dan bercengkerama dengan orang lain di rumah sakit daripada harus mengikuti acara reuni. Padahal, Hyejin—sahabatnya— selalu memaksa dengan berbagai cara. Bahkan dengan berbohong sekalipun.

Hanna tetaplah gadis keras kepala yang selalu mengikuti keinginan kata hatinya. Ia tak suka melakukan apapun tanpa keinginannya.

.

.

.

“Aku ada acara, jadi tidak bisa pulang lebih cepat untuk menemani Nara. Kumohon bantuannya,” Suara briton itu memohon, ada sepatah kata sesal yang terselip dibenak, hingga tak bisa lagi diganggu gugat keputusannya.

“Baiklah, tuan. Anda tidak perlu khawatir,” ujar wanita paruh baya di seberang line sana. Setelahnya, sambungan terputus. Pria itu lekas kembali ke dalam gedung, sebelum suara sopran memanggil namanya dari kejauhan. “Oh Sehun!”

Merasa terpanggil, Sehun lekas menoleh. Mendapati seorang gadis dengan rambut panjang yang hampir menyentuh pinggang, mendekatinya. “Kau sendiri?” tanyanya ketika jarak sudah terkikis, menjabat tangan yang terulur itu. “Iya,” sahutnya mencoba informal, namun agaknya sulit. Gadis dihadapannya itu tahu mengenai lika-liku kisah cintnya.

“Istrimu?” tanyanya lagi dengan agak ragu, pasalnya, yang ia ingat istri Sehun menemani pria itu ketika reuni yang terakhir kali—mengingat istri Sehun juga berasal dari sekolah yang sama. Segaris senyum tipis syarat akan kesakitan pun Sehun tampakkan. “Kami sudah bercerai,” ujarnya.

Bisa ekor mata Sehun lihat, gadis itu membulatkan mata. “Maafkan aku, Sehun-ah. Aku tidak tahu kalau kalian sudah bercerai,” sesalnya. “Tak apa, Hyejin-ah. Aku baik-baik saja,” ujarnya menenangkan, namun pada akhirnya mencoba menguatkan dirinya sendiri. Hyejin bukan lagi orang asing bagi Sehun. Gadis yang seumuran dengan mantan kekasih Sehun itu tahu betul bagaimana lika-liku kisah cinta sang Sahabat. Meskipun fakta mengejutkan itu baru ia ketahui. Padahal, sebelumnya publik sudah mengumumkannya.

“Bagaimana dengan Hanna? Apakah dia baik-baik saja?” Sehun mengambil alih pembicaraan menuju pembicaraan yang bisa dikatakan langka, atau mungkin Sehun saja yang tidak tahu ingin bicara apa lagi sebagai teman lama.

“Dia baik-baik saja,” Hyejin menyahut dengan satu tepukan mendarat tepat di bahu pria Oh itu. “Ayo, aku rasa kita sudah terlambat, acaranya akan segera dimulai,” Hyejin lekas mengalihkan tangannya menuju bahu kekar itu, sejurus kemudian menariknya masuk.

Belum sampai ambang pintu besar sebuah mansion yang memang pemiliknya juga salah satu alumni dari sekolah yang sama dengan Sehun dan Hyejin, suara sopran kembali menggema. Bedanya, kali ini bukan Hyejin yang menyuarakannya. Melainkan suara Hanna yang tak bisa dipercaya bahwa ia datang setelah sekian lama benar-benar enggan datang.

.

.

.

Canggung menjadi suasana yang sulit terhindarkan. Apalagi ketika Sehun menanyakan kabar Hanna, begitupun dengan gadis Kim itu sebaliknya. Sedangkan Hyejin, ia hanya menjadi penengah dua sejoli yang sudah lama tak bertukar rindu. Terhalang dengan status yang tak lagi sama, sampai-sampai jaraknya membuat keduanya tercebur kembali dalam kubangan luka lebih dalam.

“Kau benar-benar seorang perdana menteri? Dulu kau bahkan tak pernah mengikuti pelajaran Jung ssaem.” tanya Hyejin tak percaya, meskipun maksudnya mencoba membelah keheningan yang tercipta berkat keegoisan masing-masing yang tak bisa dihindarkan. Takut membuka percakapan, meskipun hanya sekedar pertanyaan formal tak berdasar yang sudah sering sekali orang dengar sekalipun.

“Iya,” Hanna menoleh ketika suara bass itu menyahut. Hana tak bisa berdiam diri tanpa melihat bagaimana pria itu berubah terlalu banyak. Jika dulu ketika mereka masing menjalin hubungan, maka Sehun-lah yang akan membuka konversasi, lalu menggoda si Gadis Kim. Namun, kenyataan kini telah berbalik seratus delapan puluh derajat. Sampai-sampai Sehun tak bisa lagi membayangkan masa lalu mereka yang terlalu manis.

“Apa kau sudah mendapatkan cita-citamu?”

Sungguh! Hanna kira, itu adalah pertanyaan yang Sehun ajukan untuk Hyejin. Melihat bagaimana mereka begitu dekat, sampai Hanna hanya bisa menatap gelas tinggi miliknya yang terisi wine setengah. “Kau bertanya padaku?” Alih-alih menjawab, Hanna justru kembali bertanya—memastikan. Sehun pun menggangguk tanpa suara. “A-aku, sudah menjadi dokter ahli bedah. . sekarang,” ucapnya melemah diakhir kata. Entah mengapa dan Hanna juga tidak tahu jawabannya. Yang pasti, satu kata itu menampar Hanna menuju kenyataan pahit yang berbeda drastis layaknya revolusi kehidupan yang terlalu cepat berubah, hingga tak lagi bisa dipahami.

Sehun mengangguk untuk kesekian kalinya. Padahal, kaki Hyejin sedari tadi sudah menendang tulang kering kaki pria Oh itu. Sayangnya, Sehun tak tahu maksud dari kode non-verbal itu. “Jadi, siapa yang kau maksud Nara tadi?”

Belum sempat menjawab, semua pandangan seisi ruangan yang tengah bersantai dihadapkan dengan sosok gadis yang kini mulai memasuki mansion yang kepemilikannya atas nama salah satu sahabat terbaik Sehun—Chanyeol.

“Helena?”

.

.

.

Bukan hanya Sehun, Hanna dan Hyejin yang terperanjat mendapati Helena—mantan istri Sehun—datang dengan seorang pria yang begitu membuat keadan menjadi rumit. Pria yang juga menjadi senior Hanna dan Hyejin, juga satu angkatan dengan Sehun, berada di samping wanita itu dengan mesranya.

“Baekhyun dan Helena?” Hyejin tak bisa menutup bibirnya untuk mengatakan itu. Padahal, jika saja Hyejin tak mengatakannya, mungkin masalahnya tidak akan bertambah parah. Hanna melihat semuanya dengan jelas. Air muka Sehun berubah drastis, menjadi dingin dan tak terkendalikan. Tangannya bahkan terkepal di sisi tubuh, begitu juga dengan sudut alis hitamnya yang terangkat ke atas.

“Sehun? Apa kabar?”

Hanna hanya bisa memandang tanpa berpikir lebih lanjut. Degupan jangtungnya semakin tak karuan, disusul dengan tatapan menghujam yang dilayangkan banyak pihak padanya dan juga Sehun. Ketika si Gadis Kim tengah bergelut pikirannya, Sehun justru melakukan hal yang tidak terduga. Ia menarik pinggang Hanna, mengikis jarak guna mengendalikan peperangan.

“Kabar baik. Bagaimana denganmu? Ah, tidak!—” tatapan Sehun beralih menuju Byun Baekhyun—dulu juga termasuk sahabatnya—yang kini dengan percaya dirinya menampak muka dihadapan Sehun. “—kalian pasti sangat bahagia bukan? Seperti aku dan Hanna,” sambungnya, dengan nada pongah yang begitu kentara. Sampai-sampai Hanna tak bisa bernapas karenanya.

“Tentu saja,” Sahut Baekhyun, nadanya nampak tak bersahabat, namun dibuat selembut mungkin. “Aku dan Helena sebentar lagi akan melangsungkan pertunangan kami. Minggu depan.” Ujar Baekhyun enggan kalah. Aura persaingan begitu kental, Hanna sampai menegang dalam rengkuhan sepihak Sehun.

“Benarkah? Aku dan Hanna juga. Namun, kami akan segera menikah,”

Kalimat itu tak mau kalah dari konversasi yang terjalin tanpa adanya kepala dingin satu sama lain. Percakapan ini tak boleh dilanjutkan lebih lama lagi. Jika sampai mereka tidak bisa mengendalikan emosi dan ego satu sama lain, maka Sehun-lah yang akan mencari cara bagaimana egonya menang mengalahkan akal—Hanna tahu betul itu. Hingga akhirnya, Hanna yang harus mengambil alih konversasi agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut. “Tidak, aku rasa ada kesalahpaham—”

“Selamat untukmu, Hanna-ssi. Jangan lupa mengundang kami untuk acara pernikahan kalian.” Baekhyun menginterupsi ketika Hanna ingin menjelaskan semuanya agar masalah tak menjadi-jadi. Tak ada pilihan lain, Hanna harus meminta penjelasan.

“Sehun, aku ingin bicara denganmu,” bisik Hanna ketika kedua pasangan itu tak lagi ada dihadapannya, meskipun masih banyak atensi yang terarah padanya, begitu juga dengan Hyejin—yang ingin meminta penjelasan lebih lanjut.

.

.

.

Tangan Hanna tak berhenti menarik lengan kekar Sehun meskipun mereka sudah melewati lorong mansion itu. Sehun bahkan belum mengetahui jika ruang tempat berpijaknya sekarang ada. “Bagaimana kau tahu ruangan ini?” Sehun keheranan.

“Park Chanyeol, mantan pacarku dan juga rekanku,” Hanna menyahut dengan tak bersahabat. Ia tak suka jika ada orang yang mengalihkan topik permasalahan, apalagi jika itu menyangkut masalah pribadi dan asmaranya. “Jadi, setelah kita berpisah, mantanmu banyak sekali, ya?” ujar Sehun menyindir. Atau lebih tepatnya ia kesal mendengar hampir semua sahabatnya adalah mantan kekasih Hanna. Atau mungkin, Sehun yang saja yang sebenarnya punya teman sedikit?

“Jangan mengalihkan pembicaraan, Sehun-ssi!” pekik Hanna tak suka. “Apa maksudmu mengatakan itu semua dihadapan Baekhyun dan mantan istrimu itu? Kau mau mengadu dombaku lagi dengannya, huh!” tambahnya sengit. Masih tak mau mendengarkan penjelasan, padahal itulah alasan mengapa Hanna mengajaknya ke ruangan itu.

“Lagi? Apa maksudmu—”

Well, aku bertanya padamu lebih dulu padamu, Pak Menteri? Apa kau sudah kehilangan akal dengan mengatakan itu semua?” Hanna tak habis-habisnya meluapkan semua emosi yang tak bisa terkendalikan di bawah sana sebelumnya—ruangan yang mereka pakai ada dilantas atas, sedangkan pestanya ada dilantai bawah. Alih-alih menjawab ataupun memberikan alasan untuk memperbaiki keadaan, Sehun justru membawa tangan lembut Hanna kedalam genggaman.

“Aku tidak main-main dengan ucapanku,” ujar Sehun tegas, tak seperti sebelumnya yang jauh terkesan mengalah. Semua formalitas maupun kecanggungan yang tadinya menjadi tameng, kini berubah seiring dengan keadaan yang semakin kalut. “Aku akan menikahimu. Aku akan segera melamarmu, Hanna-ah,”

Hanna tak bisa percaya begitu saja. Apa maksudnya dengan menikah? Selama tiga tahun berpisah, Hanna baru saja menemui Sehun hari ini. Dan sekarang? Tiba-tiba Sehun melamarnya? Pria Oh itu makin tak waras.

“Aku rasa kau butuh psikiater. Skizofrenia-mu akan menjadi-jadi jika seperti ini.”

“Aku tidak gila, Kim Hanna!”

“Dan aku bukan wanita jalang, Oh Sehun!”

.

.

.

Annyeong haseo, ho..ho..ho

Selamat datang kembali di FF absurd milikku yang entah bagaimana alur ceritanya, ikutin ajah. Kalau kalian mikir apakah ini sebagai gantinya TIS, kalian benar/standing applause/. Tapi, kalau untuk BLAD, itu cuma selingan aja biar readers gak kangen sama aku/dilemparin tahu kupat/

Karena aku juga gak yakin bakal ngelanjutinnya, aku post di blog pribadi. So, buat kalian yang suka BLAD, bisa mampir ke  http://blackandwhitesnowblog.wordpress.com /iklan ceritanya/

Dan apa ini? Kenapa judulnya 1435? Itu bukan nomor undian lho ya 😀

Buat yang pengen tahu, ikutin terus ya.. Sama aku ucapin sekali lagi terima kasih yang sebanyak-banyaknya buat pecinta Take It Slow yang udah kena jampi-jampi skizofrenia-nya author.  Sekarang, let’s move on to 1435!

35 thoughts on “1435 [Prolog]—PutrisafirA255”

  1. IGE MWOYA?! KENAPA KAMU UDAH BIKIN FF BARU LAGI? TRUS KENAPA UDAH CHAPTER 4 AJA? AKU KOK BISA GA TAU? INI GA BISA , DAN SEHUN DUDA?! OMEGAT KENAPA BISA? DAN LAGI HANNA JUGA MANTANNYA? OHHH INI BAKAL COMPLICATED LAGI GA? AHH URI SEHUN SEKARANG SUDAH NAIK PANGKAT JADI DUDA YA WKWKW GPP KOK AKU MASIH MAU WALAUPUN KAMU DUDA WKWK

    MISS YOU PUTT WKWK URI DONGSAENG ^^
    HWAITING

    p.s keknya aku makan omongan aku sendiri deh karna sekrang aku bener bener sibuk ;v wkwk

    Like

    1. AKU MERINDUKANMU EON….
      KENAPA KAMU BARU MUCUL SETELAH AKU MELANJUTKAN FF INI BAHKAN UDAH SAMPE CHAP 4?! NI BIASANYA KAKAK TETUA MUNCUL, SEKARANG UDAH GAK ADA. EH TERNYATA….

      note: dulu ngatain aku banyak tugas, eh situ juga 😀 😀 Hwaiting deh! I miss you to:*

      Like

  2. kk ijin bacaaa yaa kk yaaa…
    baca prolognya tertarik bgt soalnya..
    kk mo tanya knpa mereka dulu putus sih..?? trs cowo yg menjalin hubungan sm hanna itu siapa yg bikin hanna trauma Asmara..?? sehun kah..?? bukan aja yaaa kk hehee..

    Like

Your Feedback, Please!